Sukses

Peneliti Amerika Sebut Chiropractic Picu Stroke dan Kematian

Di Amerika, chiropractic terbilang kontroversial

Liputan6.com, Jakarta Chiropractic mungkin dianggap hal baru di Indonesia. Namun di negara asalnya, Amerika, tindakan ini terbilang kontroversial dan peneliti pernah mempublikasikan efek samping chiropractic yang menyebabkan stroke bahkan kematian.

Seperti diberitakan The Guardian, Kamis (7/1/2015), ahli bedah saraf di Amerika memperingatkan chiropractic yang dapat merusak arteri otak. Dan benar saja, hasil penelitian ini masih terus menjadi perdebatan di kalangan tenaga kesehatan hingga kini.

Lebih dari 500 kasus telah didokumentasikan. Ada pasien yang akhirnya menderita sakit leher, stroke hingga meninggal. Menurut ahli tulang, efek samping ini kemungkinan muncul karena meregangnya arteri di sepanjang tulang belakang sehingga mengakibatkan penyumbatan aliran darah ke otak seperti stroke.

Chiropractor sendiri dengan tegas menyangkal, tindakan mereka tidak bisa disalahkan. Sebab stroke dapat terjadi sepanjang waktu. Buktinya, banyak pasien yang menderita stroke sebelum konsultasi ke chiropractor.

Debat panas inipun akhirnya berlangsung alot. Bukti sudah ada, namun sulit untuk menyamakan persepsi kedua belah pihak (chiropractor dan dokter bedah tulang). Inilah sebabnya mengapa setiap informasi tentang topik ini penting dan selalu diperbaharui oleh ahli bedah saraf di Amerika.

"Para ahli telah menganalisis database pasien yang mengalami stroke sebelum chiropractic. Kira-kira ada 13 pasien yang stroke dalam jangka waktu tiga tahun yang awalnya mengaku sakit kepala dan sakit leher kemudian menerima perawatan chiropractic. Dalam semua kasus ini, ahli bedah saraf menemukan kerusakan arteri di bagian atas vertebra dan bagian otak yang menerima darah dan oksigen," tulis peneliti.

Diantara pasien tersebut, semua pasien berobat ke dokter dan melakukan operasi. Namun tiga orang diantaranya mengalami masalah neurologis permanen dan satu orang meninggal karena stroke. 

Menurut ahli bedah saraf, sejumlah besar kasus tidak dilaporkan karena pasien menganggap itu hanya cedera, tidak parah atau asimtomatik. Ini asumsi yang masuk akal karena ada beberapa data yang mendukung. Seperti misalnya, pada 2001, ahli saraf Inggris meminta mereka untuk melaporkan kasus komplikasi neurologis yang terjadi dalam waktu 24 jam akibat cedera leher dan tulang belakang  selama 12 bulan.

Responnya ternyata mencapai 74 persen dan mereka melaporkan total 35 pasien menderita efek samping yang parah diduga karena chiropractic yang dilakukan dalam kurun waktu satu tahun.

Menurut peneliti, jumlah ini mungkin terlihat kecil, tapi temuan ini sangat penting. Berikut kesimpulan ahli bedah saraf Amerika dalam makalah terbaru mereka:

"Chiropractic dapat menyebabkan perubahan segmen tengkorak dan leher dari vertebral dan arteri karotis. Mengingat popularitas pengobatan chiropractic, fenomena ini kemungkinan besar tidak dilaporkan. Dari kasus yang mengalami kerusakan arteri, masih ada sisa gejala neurologis yang merugikan dan bahkan kematian (termasuk 31 persen pasien dalam penelitian ini). Akibatnya, endovascular dan bedah teknik agresif mungkin diperlukan untuk mengembalikan fungsi neurologis."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.