Sukses

Menkes: Vaksin HPV Mahal, Tes IVA Saja Dulu

Meskipun saat ini sudah ada vaksin untuk mencegah kanker serviks, tapi menurut Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi harganya masih cukup mahal.

Meskipun saat ini sudah ada vaksin untuk mencegah kanker serviks, tapi menurut Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi harganya masih cukup mahal. Maka itu ia dan jajaran pemerintah mengaku sedang mengupayakan vaksin HPV (human papillomavirus) ini agar bisa diproduksi dalam negeri sehingga dapat menjangkau setiap remaja wanita dalam menghindar kanker serviks.

"Vaksin HPV itu sekali suntik bisa Rp 1 juta. Sementara seseorang harus disuntik tiga kali selama 1-6 bulan. Karena masih mahal, lebih baik tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) saja dulu. IVA penting karena tingkat akurasinya 80-90 persen mendeteksi kanker serviks," kata Nafsiah pada acara pembukaan Program Training of Trainers (ToT) di Kantor Kemenkes, Jakarta (3/10/2013).

Menurut Nafsiah, jumlah perempuan yang sudah tes IVA sebanyak 550 orang dengan jumlah IVA positif lebih dari 25 orang, suspek kanker leher rahim 666 (1,2 per 1.000) dan suspek tumor payudara 1.289 (2,2 per 1.000).

"Maka itu cakupan deteksi dini ini masih perlu ditingkatkan dengan kerja keras, kerja cerdas, dan inovasi bersama seluruh lapisan masyarakat,"tambah menkes.

Sementara itu Koordinator Female Cancer Program FKUI Dr Laila Nuranna mengatakan bahwa metode IVA sudah terbukti baik, mudah dijangkau dan menjangkau banyak wilayah di Indonesia.

Metode IVA merupakan bahan penguji kanker serviks yang terbuat dari asam asetat atau cuka dapur yang diencerkan 3 - 5 persen ke leher rahim untuk melihat kondisinya.

Jika ditemukan kondisi prakanker atau IVA positif yang ditandai dengan bercak putih maka pasien dapat menjalani program Krioterapi (terapi gas dingin).


(Fit/Mel/*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.