Sukses

Ukur Aktivitas Fisik Anak dari Denyut Nadi, Bukan Keringat

Jangan selalu mengukur anak sudah sungguh-sungguh melakukan aktivitas fisik dari keringatnya, tapi dari denyut nadinya.

Anak-anak yang beraktivitas fisik atau olahraga biasanya akan berkeringat. Ini yang membuat orang dewasa berpikiran kalau anak itu sudah sungguh-sungguh melakukannya. Padahal, serius atau tidaknya tergantung dari denyut nadinya.

Menurut Residen Kedokteran Olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Sophia Benedicta Hage, jangan selalu mengukur anak sudah sungguh-sungguh melakukan aktivitas dari keringatnya.

"Kalau semakin cepat denyut nadinya, baru bisa dikatakan anak tersebut benar melakukan aktivitas fisiknya," ujar Sophia, dalam acara Peluncuran Gerakan Nusantara (Minum Susu Setiap Hari Untuk Anak Cerdas Aktif Indonesia), Jakarta, Senin (27/5/2013)

dr Sophia mengatakan, jika mau mengetahui apabila denyut nadi seorang anak meningkat, bisa dilihat 85 persen kapasitas dari dalam dirinya. "Denyut nadi maksimal, dikurang usia anak. Hasilnya, dikalikan 75 persen atau 85 persen. Hasilnya itu yang menunjukkan detak nadi maksimal," ujarnya.

Ia menambahkan, denyut nadi maksimal seorang anak adalah 220. Jadi, jangan selalu menilai seorang aktif dari keringatnya, tapi dari denyut nadinya.(Adt/Mel)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.