Sukses

Hanya Ada 1.938 Dokter Mata di Indonesia

Indonesia hingga saat ini hanya memiliki 1.938 dokter spesialis mata, padahal diperkirakan jumlah penderita penyakit mata sekitar 1,5 persen dari seluruh penduduk.

Indonesia hingga saat ini hanya memiliki 1.938 dokter spesialis mata, padahal diperkirakan jumlah penderita penyakit mata adalah sekitar 1,5 persen dari seluruh penduduk.

Sebanyak 45 persen dokter mata itu berada di Pulau Jawa sehingga sangat terasa  tidak meratanya distribusi para spesialis dokter mata, kata Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Akmal Taher di Jakarta, Senin ketika membuka Rapat Kerja Nasional Perkumpulan Penyantun Mata Tunanetra Indonesia yang berlangsung satu hari.

"Ada provinsi yang hanya memiliki satu dokter mata, sehingga ada kota dan kabupaten yang tidak memiliki dokter mata," katanya seperti dikutip Antara, (4/1/2013).
  
Para peserta Rakernas Penyantun Mata Tunanetra Indonesia ini datang dari berbagai daerah seperti Jakarta, Bogor, Surabaya. Pada acara pembukaan Rakernas itu, Ketua Panitia Pelaksana Arleen  Djohan  menyampaikan  laporan tentang kegiatan rapat ini.

Ibu Ainun Habibie yang meninggal dunia pada tahun 2012 pernah memimpin organisasi ini.
    
Dirjen Bina Upaya Kesehatan Akmal Taher menyatakan idealnya pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan berperan aktif dalam upaya mencegah dan menangani kebutaan apalagi jumlah penderita penyakit kebutaan cukup besar jumlahnya. Karena adanya berbagai keterbatasan, maka diharapkan berbagai LSM terutama Perkumpulan Penyantun Mata Tunanetra Indonesia bisa aktif bergerak di bidang ini.

Pada acara ini, dikukuhkan penunjukan Duta Donor Mata tahun 2013 yakni Nancy Sanger yang merupakan seorang artis terkemuka. Dengan penunjukan Duta Donor Mata maka diharapkan perhatian masyarakat  terhadap penyakit mata dan pencegahan kebutaan akan meningkat.

Kepada para peserta Rakernas dan undangan, kemudian juga diperkenalkan seorang warga yang buta, Miftah Hussein yang menceritakan pengalamannya yang buta sejak kecil sehingga kemudian bisa melihat lagi setelah mengalami pencangkokan kornea.
   
"Saya ingin mendirikan sekolah PAUL atau pendidikan anak usia lanjut, karena PAUD atau pendidikan anak usia dini sudah sangat banyak," kata Miftah Hussein. (Abd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini