Sukses

Wanita Cuci Daerah Keintiman Gunakan Sabun, Rawan Tularkan IMS

Para ahli telah memperingatkan bahwa menggunakan sabun atau pelumas internal dapat meningkatkan risiko wanita menularkan infeksi seksual.

Bagi wanita yang sering menggunakan sabun biasa untuk membersihkan daerah kewanitaannya, harus waspada. Para ahli telah memperingatkan bahwa menggunakan sabun atau pelumas internal dapat meningkatkan risiko wanita menularkan infeksi seksual.

Para peneliti yang berasal dari University of California, Los Angeles, mengatakan bahwa sabun dan pelumas dapat merusak jaringan sensitif dan meningkatkan peluang seorang wanita terinfeksi herpes, klamidia dan HIV.

Sebanyak 40 persen dari wanita yang menggunakan petroleum jelly sebagai pelumas, memiliki bakteri vaginosis atau infeksi yang disebabkan oleh sejumlah spesies bakteri yang umum, dibandingkan dengan 18 persen wanita yang tidak menggunakan itu untuk membersihkan daerah intimnya. Dan, sebanyak 44 persen wanita melaporkan menggunakan minyak dinyatakan positif Candida, jamur yang dapat menyebabkan infeksi jamur, dibandingkan dengan lima persen wanita yang tidak menggunakannya.

Biasanya, daerah tersebut adalah rumah bagi sistem tersetel bakteri baik dan buruk, yang menghasilkan asam yang melindungi dirinya terhadap infeksi dan virus.

Dokter tidak menyarankan bahwa wanita membersihkan daerah intimnya secara internal, karena dapat mengubah keseimbangan bakteri ini dan tidak tampak menawarkan manfaat apa pun.

Dr May Marnach, spesialis kebidanan dan ginekologi di Mayo Clinic di Rochester, mengklaim bahwa pelumas pribadi seperi KY Jelly, mengandung gliserin yang dapat memecahkan gula dan untuk mempromosikan infeksi ragi dan vaginosisi bakteri. "Untuk alasan ini saya asarankan pelumas tanpa gliserin seperti Free Astroglide dan yang berbasis KY Intrigue (silikon) di atas rata," jelasnya seperti dikutip dailymail, Minggu (24/3/2013)

Dr Sovra Whitcrof yang merupakan seorang ginekolog di Surrey Park Clinic, Guildford, mengatakan bahwa masalah dengan produk wangi adalah bahwa produsen tersebut mengubah pH alami atau keasaman vagina. Padahal, pH normal adalah empat sampai lima. Jika ini diubah dan dibuat kurang asam, maka akan kehilangan perlindungan alami dan bakteri yang diizinkan untuk berkembang biak.

(Adt/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.