Sukses

Obama Bilang Uban di Rambutnya Bukan Karena Stres

Banyak kalangan yang bertanya apakah Presiden Amerika, Barrack Obama mengalami stres sehingga rambutnya terus menerus memutih. Tapi Obama bilang uban di rambutnya bukan karena stres.

Uban atau memutihnya rambut bisa dipengaruhi oleh stres. Banyak kalangan yang bertanya apakah Presiden Amerika Barrack Obama mengalami stres sehingga rambutnya terus menerus memutih.

Beberapa waktu lalu, Universitas Duke melakukan penelitian dan mengungkap kalau stres menjadi salah satu pemicu munculnya uban pada usia muda.

Penelitian itu menunjukkan bagaimana tekanan pada pikiran dapat memicu tubuh untuk memproduksi zat yang dapat merusak DNA, sehingga mempengaruhi kondisi fisik.

Obama sempat ditanya oleh jurnalis di Gedung Putih mengenai kondisi rambut dan stres yang dialaminya. Namun Obama membantah kalau rambutnya yang putih atau yang disebut uban ini akibat stres.

Seperti dilansir Foxnews, Selasa (22/1/2013), Obama mengaku kalau perubahan warna rambutnya ini akibat perubahan warna gen, bukan karena stres pekerjaan.

"Kakek saya rambutnya sudah putih di usia 29 tahun. Jadi saya pikir saya memiliki gennya," kata Obama,

Walaupun mungkin terdengar seperti bohong, ahli biologi mengatakan bahwa pernyataan Obama sebagian besar bisa jadi benar. Keturunan adalah faktor dominan yang mengendalikan proses beruban.

The Journal of Investigative Dermatology menunjukkan kalau rata-rata orang Asia akan beruban di usia 30-an tahun, dan Afrika pada pertengahan 40-an tahun.

Obama yang merupakan keturunan Kaukasia dan Afrika mulai menunjukkan rambut beruban di usia 30-an tahun.

Para ahli juga mengatakan tidak setuju kalau stres menjadi penyebab utama uban. Teori dasar uban menyatakan kalau rambut yang berubah warna secara alami karena faktor seseorang semakin tua bukanlah karena stres.

Folikel rambut mengalami 10 sampai 30 siklus reproduksi selama hidup dan tahap berikutnya, rambut menghasilkan lebih sedikit enzim yang disebut katalase.

Dan orang-orang yang lebih tua memiliki katalase yang sedikit  dan kelebihan peroksida di setiap folikel rambutnya.

Menurut ahli biologi Gerald Weissmann dari biology publication FASEB Journal mengatakan, kalau tidak ada bukti dalam literatur ilmiah yang menunjukkan kalau uban dipengaruhi stres.

"Lihatlah rambut orang-orang di Mesir atau Libya, walaupun mereka sudah tua dan negara konflik, namun rambut mereka bagus tidak ada yang beruban,"kata Weissmann yang yakin sekali kalau uban adalah akibat pengaruh gen.

Namun, tidak semua orang sepakat dengan pernyataan Weissmann itu. Andrzej Slominski, seorang dermatopathologist di University of Tennessee Health Science Center, setuju kalau gen memiliki pengaruh kuat pada usia yang membuat rambut berubah warna.

Namun menurut Slominski, ada bukti kuat yang mengatakan kalau lingkungan dapat mempengaruhi stres juga.

"Ada hubungan antara stres dan beruban. Fenomena ini dijelaskan selama Perang Dunia Kedua dengan tentara yang memiliki beruban," kata Slominski.

"Meskipun bukti menunjukkan kalau stres mengubah warna rambut, ini adalah mekanisme yang jelas," tambah Slominski.

Ralf Paus, dari University of Luebeck, telah meneliti kalau hormon stres dapat menyebabkan produksi radikal bebas. Hal ini dapat merusak melanosit, pigmen yang memproduksi sel-sel dalam folikel rambut yang memberikan perubahan warna rambutnya. (Fit/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.