Sukses

Kisah Lain Raihan, si Bocah Koma Akibat Dugaan Malpraktik

Berikut kisah lain dari Raihan, bocah berusia 10 tahun yang diduga korban malpraktik seperti diceritakan ibunya Oti Puspa Dewi.

Raihan Alyusti Pariwesi atau Raihan, bocah berusia 10 tahun yang diduga korban malpraktik dari Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta sampai hari ini masih tak sadarkan diri dan lemah tak berdaya di tempat tidur salah satu kamar di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto Jakarta.

Berikut kisah lain dari Raihan selama menjalani perawatan di Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta usai kritis seperti diceritakan ibunya Oti Puspa Dewi.

Menurut kronologi yang liputan6.com terima dari ayahanda Raihan, Muhammad Yunus, bahwa pada hari Sabtu (22/9/2012) sekitar pukul 18.00 WIB setelah dokter selesai melakukan operasi usus buntu, ibunda Raihan, dipanggil ke ruang operasi untuk melihat Raihan yang saat itu dalam keadaan kritis dan terkulai tidak sadarkan diri tanpa adanya pertolongan yang maksimal.

"Iya, habis operasi itu saya disuruh melihat Raihan yang sudah dalam kondisi koma. Saya yang tidak kuat waktu itu langsung pingsan," kata Oti Puspa Dewi saat dihubungi liputan6.com , Kamis (9/1/2013)

Pihak keluarga akhirnya menyangsikan kelengkapan peralatan di ruang operasi Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta.

Menurut ibunya sangat disayangkan, dalam kondisi kritis dan koma tersebut, Raihan tidak langsung dibawa ke ruang ICU untuk tindakan darurat. Padahal ruang operasi dan ruang ICU sangat dekat (bersebelahan)

Nahas, Raihan harus terlantar di ruang operasi dalam keadaan kritis serta koma dan harus menunggu selama 1,5 sampai 2 jam sebelum akhirnya dipindahkan ke ruang ICU.

Menurut Oti, pihak keluarga diminta terlebih dahulu untuk menyelesaikan segala macam adminitrasi dan segala hal lainnya baru kemudian Raihan dimasukkan ke ruang perawatan ICU.

"Iya, keluarga diminta melakukan deposit sebesar Rp 12 juta baru bisa Raihan dipindahkan ke ruang ICU. Seharusnya setelah koma, tidak harus menunggu proses pembayaran. Pihak keluarga kami pun marah. Dan omnya Raihan sampai bilang 'Selamatkan dulu anaknya, masalah uang gampang'," cerita Oti.

Karena pada saat itu pihak keluarga Oti tidak memegang uang sebanyak itu, adik iparnya menjaminkan uang sebesar USS$ 600 atau sebesar Rp 4,7 juta kepada pihak Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta.

Setelah menerima jaminan uang tersebut, baru pada pukul 21.00 WIB Raihan akhirnya dipindahkan ke ruang ICU Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta.

Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap potongan usus buntunya 'Ternyata Tidak' menunjukkan sakit akut seperti dugaan dokter di Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta yang mendesak untuk segera dilakukan operasi. Menurut keluarganya, salah satu parameter hasil pemeriksaan menunjukkan untuk Procalcitonin dengan hasilnya PCT : 1,53 (artinya kemungkinan Sepsis), sedangkan jika Sepsis Berat  PCT  >=10,  serta hasil lainnya masih normal.

Sampai saat ini pihak Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) belum mengeluarkan atau menyampaikan penjelasan resmi mengenai kejadian sebenarnya berupa kronologis atas kejadian yang menimpa Raihan selama di ruang operasi tersebut. Pihak rumah sakit tidak bersedia memberikan keterangan saat dihubungi liputan6.com. (ADT/IGW)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini