Sukses

Dokter: Tiup Terompet Tidak Tularkan TBC

Kasihan sekali penjual terompet tahun baru. Menjelang tutup tahun, penjual terompet terkena isu terompet yang dijualnya bisa menularkan TBC. Isu tidak bertanggung jawab tersebut disebarkan melalui BBM.

Kasihan sekali penjual terompet tahun baru. Menjelang tutup tahun, penjual terompet terkena isu terompet yang dijualnya bisa menularkan TBC. Isu tidak bertanggung jawab tersebut disebarkan melalui Blackberry Messenger (BBM).

"Jangan beli terompet atau sejenis apapun karena ada virus yg kita tidak tahu terutama TBC ...,apalagi untuk anak-anak.karena terompet itu sudah ditiup sama tukangnya dan sudah dicoba-coba orang lain. Penularan virus itu melalui air liur yg sudah ada di terompet tersebut. Tolong sebarkan info ini semoga bermanfaat". Begitu bunyi BBM tak bertanggungjawab itu.

dr. Ari Fahriah Syam, Sp.PD,KGEH menuliskan tampaknya  informasi ini sudah luas tersebar di tengah masyarakat, karena  ada kawan yang juga menanyakan apakah informasi ini benar atau tidak.

"Kasihan tukang terompet tahun ini  kalau informasi ini dipercaya oleh masyarakat. Pasti kita  akan berpikir 2 kali untuk membeli terompet buat kita atau  anak-anak kita  karena takut tertular penyakit TBC akibat meniup terompet tersebut," ujar dokter yang aktif di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM ini seperti dikutip Senin (31/12/2012).

dr Ari menerangkan bahwa penyakit TBC memang penyakit berbahaya karena tidak saja mengenai paru tapi dapat menyebar mengenai organ-organ lain di dalam tubuh.  Pengobatan TBC membutuhkan waktu minimal 6 bulan.

"Kalau dilihat dari pesan BBM  yang disampaikan tersebut, saya yakin informasi bukan berasal dari dokter. Karena informasi yang disampaikan tidak tepat dan sugguh menyesatkan. Saya tidak pro tukang terompet tapi hanya ingin meluruskan informasi tersebut," ujar dr Ari.

Pertama informasi tentang TBC tidak tepat karena disampaikan bahwa TBC disebabkan oleh virus. TBC bukan disebabkan oleh virus tetapi disebabkan oleh bakteri atau kuman tuberkulosis. Kuman ini  ditularkan dari satu orang kepada orang yang lain bukan melalui kontak yang singkat.

Tidak seperti infeksi virus influenza bahwa seseorang dapat  tertular dengan orang yang sedang mengalami flu dengan sekali kontak. Untuk penularan TBC butuh kontak yang lama dan terus menerus.

Selain itu kuman ini ditularkan melalui udara, bukan langsung dari air liur seperti misal setelah meniup terompet. Biasanya orang tertular penyakit TBC jika tinggal serumah dengan orang yang sedang mengalami TBC paru aktif atau teman sekantor dimana kita selalu kontak dengan teman sekantor tersebut dalam ruangan tertutup.

Pembantu rumah tangga yang menderita TBC paru aktif dapat menularkan infeksi TBC kepada anak-anak yang diurusnya. Ujung terompet memang bisa jadi sumber penularan penyakit melalui droplet atau air liur yang tersisa pada ujung terompet tetapi tentu bukan penyakit TBC  seperti yang disebutkan dari informasi yang beredar tersebut.

Bagaimana agar kita tidak tertular penyakit yang ditularkan melalui ujung terompet tersebut? Bersihkan dulu ujung terompet yang akan kita gunakan kalau perlu gunakan penyaring khusus  ketika ujung terompet tersebut akan kita gunakan.

"Tampaknya udara besok saat malam pergantian tahun akan cerah sehingga akan banyak orang ingin berada di jalan untuk meniupkan terompet. Mudah-mudahan broadcast yang melarang orang untuk beli terompet  ini tidak berdampak bagi  masyarakat yang memang ingin membeli  terompet  dan meniup terompet pada malam pergantian tahun," pungkas dr Ari.

Sementara dituliskan Dr. Aru Sudoyo, SpPD, KHOM, FACP bahwa pertama, tuberkulosis itu ditularkan melalui butir-butir air dari napas atau batuk dan tidak dari bahan yang sudah mengering (seperti pada mulut terompet). Dan bukan oleh virus. Kedua, dengan membersihkan saja sudah cukup.

"Kalau kita ingin super hati-hati dan "parno", kita harus menjauhi teman-teman kita yang sedang batuk karena siapa tahu pengidap TB? Tentunya tidak perlu bukan. Dan jelas bukan terompet," sindir Dr Aru. (IGW)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini