Sukses

Sifat Temperamen Membuat Hidup Lebih Lama 2 Tahun

Memiliki sifat temperamen atau mengekpresikan emosi negatif dapat menambah usia hidup Anda sebanyak dua tahun. Kok bisa ya?

Jika banyak orang berpendapat bahwa seseorang yang memiliki sifat temperamen memiliki kesehatan yang buruk, ternyata pendapat seperti itu dinilai salah.

Baru-baru ini para peneliti menemukan fakta bahwa memiliki sifat temperamen atau mengekpresikan emosi negatif dapat menambah usia hidup Anda sebanyak dua tahun. Dan ternyata memiliki sifat temperamen dinilai baik untuk kesehatan Anda.

"Masyarakat Italia dan Spanyol hidup lebih lama dua tahun karena masyarakatnya memiliki sifat temperamen ketimbang masyarakat Inggris yang dinilai sering menahan diri," kata seorang peneliti.

Para peneliti juga mengungkapkan bahwa menjadi berapi-api dan mengekspresikan emosi negatif adalah kunci untuk kesehatan jangka panjang yang lebih baik lagi.

Sebaliknya, karakteristik masyarakat Inggris yang sering menahan diri dapat berakibat serius bagi fisik dan mental.

Para peneliti dari University of Jena menilai lebih dari 6.000 pasien dan menemukan bahwa sebagian dari orang tersebut terinternalisasi kecemasan dan denyut nadi semakin meningkat.

Selama ini memang orang yang gampang temperamen dan marah dapat menyebabkan tekanan darah tinggi dan peluang peningkatan pengembangan berbagai penyakit. Dari penyakit jantung koroner, kanker, dan kerusakan ginjal.

Penelitian yang dilakukan oleh Marcus Mund dan Kristin Mitte mengatakan dalam The Journal Health Psychologies bahwa kelompok yang disebut 'represor' ini memang sangat berisiko.

"Orang-orang ini dibedakan oleh cara orang tersebut berusaha menyembunyikan tanda-tanda lahiriah seperti rasa takut, dan juga oleh perilaku pertahanan diri orang tersebut," kata Mund, seperti dilansir Daily Mail, Rabu (26/12/2012).

"Orang tersebut menghindari risiko dan selalu mencari tingkat kontrol yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya. Misalnya, saat berhubungan dengan tugas dan stres ia akan menunjukkan detak jantung serta denyut nadi yang lebih tinggi daripada non-represor dan menunjukkan tanda-tanda obyektif lainnya stres dan kecemasan," Mund menambahkan.

Tapi, untunganya berita itu tidak semuanya buruk bagi kita yang menjaga hal-hal terpendam.

Meskipun ia mungkin berada pada risiko yang lebih tinggi mengembangkan penyakit tertentu, pemulihan dari berbagai kondisi tampaknya lebih cepat di antara represor.

"Karena kebutuhan orang tersebut akan kontrol, represor sangat disiplin dan lebih termotivasi untuk beradaptasi dengan gaya hidupnya," tutup Mund. (ADT/IGW)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.