Sukses

Tidur Bareng Anak Turunkan Kadar Testosteron Ayah

Ibu bukan satu-satunya yang mengalami perubahan dalam tubuhnya setelah memiliki anak. Sebuah penelitian, seorang ayah juga terpengaruhi dengan kehadiran anak.

Liputan6.com, New York: Ibu bukan satu-satunya yang mengalami perubahan dalam tubuhnya setelah memiliki anak. Sebuah penelitian, seorang ayah juga terpengaruhi dengan kehadiran anak.

Penelitian terbaru menemukan ayah yang berbagi kasur dengan buah hati mereka bisa membuat kadar hormon pria testosteron anjlok.

Peneliti menduga, penurunan testosteron itu bisa mempengaruhi bagaimana responsifnya seorang ayah yang berbagi kasur sebagai orangtua.

"Keterlibatan pria dalam perawatan anak berhubungan dengan rendahnya testosteron," jelas Antropologis Lee Gettler.

"Kami pikir jika menjadi ayah menyebabkan testosteron rendah, mungkin tidur bareng di malam hari juga berhubungan dengan testosteron,"kata Gettler seperti dikutip dari The Huffington Post , Jumat (7/9).

Penelitian ini pertama kalinya yang menyelidiki kemungkinan hubungan tidur bareng anak berhubungan dengan kadar hormon pria.

Dalam studi yang dipublikasikan secara online dalam jurnal PLoS ONE, Rabu, menyebutkan Gettler dan rekan-rekannya menganalisa data dari 360 ayah berusia 25-26 tahun yang hidup dari Filipina, yang berbagi kamar yang sama, jika tidak kasur yang sama.

Memang, lebih dari 90 persen dari ayah mengatakan mereka tidur di permukaan yang sama dengan anak-anak mereka, baik itu di kasur atau tikar.

Ketika peneliti mengambil sampel air liur sebelum dan sesudah tidur, mereka menemukan bahwa ayah yang berbagi tempat tidur dengan anak-anak mereka memiliki tingkat testosteron terendah di malam hari.

Gettler mengatakan kepada The Huffington Post bahwa ia dan rekan-rekannya belum tahu mengapa kadar testosteron terpengaruh setelah ayah tidur di dekat anak-anak mereka, tapi ia menawarkan beberapa hipotesis.

Mungkin ada isyarat atau bau tertentu yang mempengaruhi testosteron, hormon yang diproduksi oleh pria dan wanita (meskipun tingkat laki-laki jauh lebih tinggi). Testosteron biasanya berhubungan dengan dorongan seksual laki-laki dan hormon memiliki fungsi lain.

Beberapa studi telah mengaitkan kadar testosteron yang lebih tinggi dengan agresi, keterbukaan, dan pengambilan risiko. Sebaliknya, testosteron rendah telah dikaitkan dengan respon ayah terhadap anak-anak mereka.

"Dalam sebuah studi eksperimental, pria dengan testosteron yang lebih rendah dilaporkan kurang simpati atau membutuhkan respon dalam menangani tangisan bayi pada pria dengan testosteron rendah," tulis mereka.

"Dan, dalam sebuah penelitian yang terpisah, testosteron pria yang rendah berhubungan dengan memberikan respon terhadap pengasuhan anak menangis."

Juli lalu, Gettler menulis penelitian dengan menggunakan kelompok yang sama yang menemukan bahwa ketika pria menjadi ayah, kadar testosteron mereka menurun. Dan ayah yang banyak terlibat dalam merawat anak-anak mereka, penurunannya  semakin besar.(MEL)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.