Sukses

Waspadai Gejala Kanker Serviks Saat Bercinta!

Gejala fisik serangan kanker serviksi pada umumnya hanya dirasakan oleh penderita kanker stadium lanjut. Biasanya, penyakit ini dimulai rasa sakit saat berhubungan intim sehingga menimbulkan keputihan yang berlebihan dan tidak normal.

Liputan6.com, Jakarta: Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu penyebab utama kematian perempuan di seluruh dunia.  Gejala fisik serangan penyakit ini pada umumnya hanya dirasakan oleh penderita kanker stadium lanjut. Biasanya, penyakit ini dimulai rasa sakit saat berhubungan intim sehingga menimbulkan keputihan yang berlebihan dan tidak normal.

Selain itu juga terjadi pendarahan di luar siklus menstuasi, penurunan berat badan drastis dan apabila sudah menyebar ke panggul, maka pasien akan menderita keluhan nyeri punggung, kemudian hambatan dalam berkemih, serta pembesaran ginjal. Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia antara 35-50 tahun, terutama yang aktif melakukan hubungan seksual sebelum usia 16 tahun.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, saat ini penyakit kanker serviks menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang mengakibatkan kematian pada perempuan di dunia. Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks. Sekitar 8.000 kasus di antaranya berakhir dengan kematian.
 
Menurut WHO, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita kanker serviks yang tertinggi di dunia, karena penyakit ini seperti "musuh dalam selimut" karena sulit dideteksi hingga mencapai stadium lanjut.

Kanker serviks yang disebabkan virus HPV ini memiliki lebih dari 100 tipe, yang sebagian besar di antaranya tidak berbahaya dan akan lenyap dengan sendirinya. Jenis virus HPV yang menyebabkan kanker serviks dan paling fatal adalah virus HPV tipe 16 dan 18.
 
Selain disebabkan oleh virus HPV, sel-sel abnormal pada leher rahim juga bisa tumbuh akibat paparan radiasi atau pencemaran bahan kimia yang terjadi dalam jangka waktu cukup lama. Karena itu penggunaan kondom saat melakukan hubungan intim tidak terlalu berpengaruh mencegah penularan virus HPV. Sebab, tak hanya menular melalui cairan, virus ini bisa berpindah melalui sentuhan kulit.

Masa pertumbuhan kanker serviks ini terutama terjadi pada masa preinvasif (pertumbuhan sel-sel abnormal sebelum menjadi keganasan) penyakit ini terbilang cukup lama, sehingga penderita yang berhasil mendeteksinya sejak dini dapat melakukan berbagai langkah untuk mengatasinya.
 
Infeksi menetap akan menyebabkan pertumbuhan sel abnormal yang akhirnya dapat mengarah pada perkembangan kanker. Perkembangan ini memakan waktu antara lima hingga 20 tahun, mulai dari tahap infeksi,  hingga positif menjadi kanker serviks.
 
Ada banyak penelitian yang menyatakan hubungan antara kebiasaan merokok dengan meningkatnya risiko seseorang terjangkit penyakit kanker serviks. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan di Karolinska Institute di Swedia dan dipublikasikan di British Journal of Cancer pada tahun 2001.

Menurut Joakam Dillner, M.D., peneliti yang memimpin riset tersebut, zat nikotin serta "racun" lain yang masuk ke dalam darah melalui asap rokok mampu meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi cervical neoplasia atau tumbuhnya sel-sel abnormal pada rahim.  "Cervical neoplasia adalah kondisi awal berkembangnya kanker serviks di dalam tubuh seseorang,"ujarnya.

Pakar kandungan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Alfaina Wahyuni mengatakan,  di dunia setiap dua menit seorang perempuan meninggal akibat kanker serviks, sedangkan di Indonesia setiap jam, satu perempuan meninggal karena kanker leher rahim.
 
Menurut dia, kanker serviks adalah tumbuhnya sel abnormal pada leher rahim. Penyebabnya adalah "human papiloma virus" (HPV). "Setiap perempuan segala usia dapat terkena kanker serviks, tetapi jarang ditemukan pada usia sebelum 20 tahun," katanya.
 
Ia mengatakan untuk pencegahan kanker serviks ada beberapa hal yang bisa dilakukan, di antaranya dengan menghindari faktor risiko seperti menunda hubungan seksual atau menikah hingga usia 20 tahun atau lebih. Selain itu, tidak berganti pasangan, menghindari penyakit menular seksual, tidak merokok, hidup sehat, cukup gizi mulai dari vitamin A, C, beta carotene hingga asam folat.
 
Terkait dengan penggunaan pembalut wanita ketika menstruasi atau datang bulan, ia mengatakan pembalut sebaiknya digunakan ketika memang harus sering diganti. Penggunaan pembalut akan menimbulkan kelembaban berlebih di daerah kewanitaan. "Penggunaan cairan pembersih vagina jangan terlalu sering. Ketika rutin atau setiap hari menggunakan cairan tersebut justru akan menghilangkan kuman-kuman baik yang ada di vagina," katanya.
       
Pencegahan primer untuk orang-orang tanpa bukti klinis belum terkena penyakit, dapat dilakukan dengan vaksin dan edukasi atau sosialisasi terhadap masyarakat mengenai bahaya kanker leher rahim. Pencegahan sekunder untuk orang-orang yang sudah terbukti klinis terkena penyakit. Hal ini dilakukan untuk memperlambat atau menghentikan perjalanan penyakit.
       
Misalnya, melakukan deteksi dini dengan "pap smear". "Pap smear" dilakukan untuk wanita yang sudah melakukan hubungan seksual atau menikah.
       
"Jika belum pernah melakukan hubungan seksual atau menikah tidak perlu melakukan "pap smear", tetapi diberikan vaksin," katanya.(ANT/MEL)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.