Sukses

Lakukan Pertolongan Ini untuk Mengenali Kelainan Irama Jantung

Kelainan irama jantung dapat dilakukan melalui beberapa tahap pertolongan di bawah ini. Simak baik-baik artikelnya yuk.

Liputan6.com, Jakarta Jangan pernah menganggap enteng irama jantung yang tidak normal. Jika terlambat dalam penanganan, dapat merenggut nyawa penderitanya. Lalu, irama jantung seperti apa disebut memiliki kelainan?

Spesialis jantung subspesialis aritmia dari RS Jantung dan Pembuluh Darah, Harapan Kita, Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, Sp.JP(K), mengatakan irama jantung penanda aritmia, umumnya mempunyai pola tersendiri.

"Biasanya jantung berdebar sewaktu-waktu seperti drum, lain kali skip, hilang-hilang atau seperti ikan yang keluar permukaan. Itu mungkin aritmia," kata dia di Jakarta belum lama ini, dikutip dari AntaraNews, Kamis (25/1/2018).  

 

Simak juga video menarik berikut :

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bagaimana cara mendeteksinya?

Spesialis jantung dari RS Jantung dan Pembuluh Darah, Harapan Kita, dr. Dicky Armein Hanafy, SpJP (K),FIHA mengatakan, salah satu cara awal untuk mendeteksi ada tidaknya kelainan irama jantung dengan memeriksa denyut nadi sendiri (menari) setiap hari. 

Menurut dia, memeriksa denyut nadi per 1 menit ialah paling akurat dan sebaiknya dilakukan saat pagi hari. Normalnya denyut per menit ialah 60-90. Namun, bila setelah dihitung denyut hanya 50 kali per menit, asalkan tidak ada keluhan, maka tak ada masalah. 

Bagaimana dengan keluhan umum pada penderita gangguan irama jantung?

Dicky mengatakan, berdebar dan mudah lelah adalah gejala paling umum yang penderita aritmia rasakan. 

"Pasien paling banyak mengeluh cepat lelah, berdebar lalu cepat lelah. Tetapi memang setiap pasien memiliki keluhan berbeda," kata dia dalam "Overview dan Outlook tentang penyakit Aritmia di Indonesia tahun 2018" di Jakarta, Rabu. 

3 dari 4 halaman

Jantung mudah berdebar, pertanda apa?

Berbedar, tidak hanya terbatas pada denyut jantung yang cepat, tetapi juga bisa tidak teratur, lebih kuat bahkan terasa sakit dada. Dalam keadaan istirahat aktivitas jantung umumnya tidak terasa. Tetapi, selah melakukan olah raga yang cukup berat atau setelah mengalami stres secara emosional, denyut jantung dapat dirasakan untuk suatu periode yang singkat dan hal ini merupakan berdebar yang fisiologis. 

Berdebar yang terjadi di luar keadaan fisiologis barulah disebut berdebar yang abnormal. Menurut Dicky, spektrum gejala aritmia cukup luas, sehingga tak hanya berdebar, tetapi juga pingsan, stroke bahkan kematian mendadak. 

Seperti apa pertolongan pertama kala jantung berdebar? Dicky menyarankan kita untuk mencoba tenang terlebih dahulu. Semakin debaran kita rasakan, maka akan semakin membuat panik.

Sebagian orang merasa berdebar kala mengonsumsi makanan atau minuman tertentu semisal makanan mengandung banyak garam atau kopi. Bila begitu, sebaiknya hindari makanan atau minuman itu. 

Lalu, apa langkah selanjutnya? "Berdebar, kelenyengan, setelah melakukan diagnosa dengan menari (memeriksa nadi sendiri) lalu curiga ada gangguan irama jantung, langsung cari pertolongan dokter. Pertama ke level fasilitas kesehatan pertama," ujar spesialis jantung, dr Agung Fabian Chandranegara, Sp.JP(K). 

4 dari 4 halaman

Aktivitas fisik yang baik untuk penderita aritmia

Jika memang pemeriksaan menunjukkan aritmia, maka dokter bisa menentukan klasifikasi aritmia yang diderita. Salah satu kasus aritmia yang paling sering terjadi adalah fibrilasi atrium (FA). 

"Tidak jarang stroke merupakan manifestasi klinis pertama FA. Prevalensi FA mencapai 1-2 persen dan akan terus meningkat dalam 50 tahun mendatang," kata Agung. 

Di sisi lain, Yoga mengungkapkan, di Indonesia ada sekitar 2,2 juta orang menderita FA. 40 persen dari jumlah ini berisiko mengalami stroke apabila tak segera mendapatkan penanganan medis. 

Kalau begitu, aktivitas fisik untuk penderita aritmia? Agung mengatakan penderita tetap bisa beraktivitas seperti biasa. Namun, jika penyebab aritimia adalah karena kelainan katup jantung, maka penderita harus membatasi aktivitasnya.  

(Lia Wanadriani Santosa/AntaraNews)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.