Sukses

UI Kukuhkan Dua Dokter Spesialis Anak Jadi Guru Besar

Universitas Indonesia (UI) mengukuhkan dua profesor bidang Ilmu Kedokteran.

Liputan6.com, Jakarta Universitas Indonesia (UI) mengukuhkan dua profesor bidang Ilmu Kedokteran. Mereka adalah Prof. Dr. dr. Sukman Tulus Putra, SpA(K) dan Prof. Dr. dr. Badriul Hegar Syarif, PhD, SpA(K) sebagai Guru Besar Tetap.

Keduanya telah mendalami dan mengembangkan ilmu kedokteran spesialisasi anak di Fakultas Kedokteran UI (FKUI). Rektor UI Prof.Dr.Ir.Muhammad Anis, M.Met.

Dalam prosesi pengukuhannya, Prof. Sukman menyampaikan pidato bertajuk “Identifikasi dan Intervensi Faktor Risiko Aterosklerosis pada Anak dan Remaja: Upaya pencegahan penyakit kardiovaskular pada usia dewasa.”

Prof. Sukman mengatakan, penyakit jantung koroner (PJK) akhir-akhir ini menjadi penyebab kematian yang cukup tinggi di seluruh dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang--tak terkecuali Indonesia.

"Organisasi kesehatan sedunia (WHO) memperkirakan pada 2020, PJK akan menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia di mana tahun 1999 hanya menempati penyebab kematian di urutan ke-6," katanya, seperti dimuat keterangan pers, Selasa (4/4/2017).

Penyakit kardiovaskular, khususnya PJK, disebabkan oleh suatu proses aterosklerosis berupa penyakit pada lapisan dalam pembuluh darah arteri yang berlangsung lama.

Proses tersebut berjalan perlahan-lahan, tidak menimbulkan gejala dan keluhan namun sampai pada akhirnya setelah usia di atas 30-40 tahun. Selanjutnya, bila tidak teridentifikasi, akan terjadi penyumbatan pembuluh koroner jantung dan terjadilah infark miokard yang disebut serangan jantung.

"Bila terjadi penyumbatan pembuluh darah di otak akibat aterosklerosis akan menyebabkan stroke yang juga mempunyai angka kematian yang cukup tinggi," imbuhnya.

Sejumlah faktor risiko yang harus dihindari pada usia anak dan remaja di antaranya obesitas (kegemukan), dislipidemia (kadar lipid/kolesterol yang tinggi), diabetes melitus, rokok (terpajan tembakau), tekanan darah tinggi dan aktivitas fisik yang kurang (in-aktivitas).

Di samping itu terdapat juga faktor risiko yang tidak dapat di ubah seperti genetik dan lingkungan. Untuk menghindarinya, Prof. Sukman menganjurkan mengatur pola hidup (lifestyle) dan makanan sehari-hari sejak dini serta meningkatkan aktivitas olah raga.

Lebih lanjut, dalam pengukuhannya sebagai Guru Besar bidang Pediatric Gastroenterologist, Prof. Badriul menyampaikan pidato berjudul “Kesehatan Saluran Cerna di Awal Kehidupan untuk Kesehatan di Masa Mendatang.”

Prof. Badriul menjelaskan, kondisi kesehatan saat ini sangat erat kaitannya dengan kondisi saluran cerna di awal kehidupan. Mikrobiota sangat berperan dalam mewujudkan kesehatan saluran cerna.

"Sistem kekebalan tubuh berkembang tidak normal bila saluran cerna tidak dikolonisasi oleh mikrobiota. Kelahiran prematur, bedah caesar, pemberian susu formula, terapi antibiotika terlalu dini, kekurangan gizi, kebersihan bahkan hewan peliharaan merupakan faktor yang dapat menganggu perkembangan mikrobiota saluran cerna bayi," ujarnya.

Saat ini, terminologi yang ada menjadi kelemahan tersendiri bagi masyarakat awam. Semua produk yang mengandung bakteri diberi nama probiotik. Padahal kualitas sebagian besar dari produk tersebut tidak terkontrol karena dikomersialisasikan sebagai suplemen makanan.

Meski mikrobiota memberikan hasil positif hanya pada beberapa keadaan, tetapi pada kenyataannya saat ini mikrobiota diberikan kepada berbagai keadaan lain tanpa bukti ilmiah kuat yang mendukung penggunaannya.

Prof. Badriul mengembangkan pemikiran akan intervensi mikrobiota pada awal kehidupan yang mungkin dapat mengubah komposisi mikrobiota saluran cerna pada bayi baru lahir serta memberi peluang sebagai pendekatan preventif untuk mengatasi ketidakseimbangan mikrobiota bayi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini