Sukses

Awas, Melamun Juga Bisa Bikin Kecanduan

Melamun menghayalkan sesuatu terkadang menyenangkan.

Liputan6.com, Jakarta Melamun, menghayalkan sesuatu terkadang menyenangkan. Tapi jangan sampai kebablasan melamun. Apabila Anda menghabiskan sebagian besar waktu untuk melamun, ini sudah termasuk kecanduan.

Keseringan melamun akan mengganggu kemampuan untuk berfungsi secara normal. Kondisi ini dapat diklasifikasikan sebagai kondisi kesehatan mental yang dikenal sebagai melamun maladaptif (maladaptive daydreaming).

Berikut ini cara untuk mengetahui jika Anda kecanduan melamun, dan pemicu dan faktor risiko perilaku adiktif seperti dilansir Medicaldaily:

Sebenarnya tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan melamun karena hal tersebut normal dan sehat. Menurut Psychology Today, sebanyak 96 persen orang dewasa setidaknya mengalami sekali serangan fantasi setiap harinya.

Meskipun tidak sepenuhnya jelas mengapa kita melamun, banyak psikolog menunjukkan perilaku tersebut membantu otak kita latihan, membuat otak siap beraksi saat adastimulus luar.

Namun, Eli Somer, seorang profesor Psikologi Klinis di University of Haifa di Israel, meyakini melamun ekstrem harus dianggap sebagai gangguan mental seperti dilaporkan The Wall Street Journal.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tanda Melamun

Tanda melamun maladaptif

Somer dalam penelitiannya menemukan salah satu fitur yang paling menentukan dari pelamun maladaptif adalah jumlah waktu yang mereka habiskan untuk lamunan mereka.

Misalnya, menurut WSJ, pelamun maladaptif rata-rata terlibat menghabiskan 57 persen dari waktu bangun mereka untuk melamun dibandingkan dengan 16 persen pada kelompok kontrol.

Selain itu, pelamun maladaptif juga memiliki berbagai jenis lamunan. Menurut Somer, mereka sering melamunkan hal yang lebih rumit dan aneh, sering melibatkan tokoh-tokoh fiktif atau sejarah, selebriti atau versi ideal dari diri mereka sendiri.

Sebaliknya, lamunan pada kelompok kontrol lebih kepada peristiwa dalam kehidupan nyata atau keinginan yang kuat, seperti memenangkan lotre.

Pelamun maladaptif juga sering memiliki kondisi kesehatan mentalnya rendah, seperti tingginya tingkat attention-deficit dan gejala obsesif-kompulsif. Selain itu, lebih dari 80 persen melakukan aktivitas atau gerakan saat melamun, seperti goyang, mondar-mandir atau berputar.

 

Pemicu Pelamun Maladaptif

Umumnya pelamun cenderung mengkhayal di satu titik saat mereka terjaga, dan ada pemicu tertentu yang dapat meningkatkan risiko mengembangkan melamun maladaptif.

Sebagai contoh, beberapa sedang sendirian dan bosan dan memulai melamun mereka. Somer melaporkan pelamun maladaptif lebih mungkin memiliki riwayat trauma atau penyalahgunaan, sehingga melamun mereka gunakan untuk melarikan diri. Selain itu, pelamun maladaptif juga lebih mungkin untuk memiliki riwayat keluarga dengan gangguan kesehatan mental, seperti OCD.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini