Sukses

Lawan Kanker dengan Menelan Baterai

Pil "pintar" masih mengandalkan baterai miniatur dengan bagian yang tak layak telan atau bahkan bahan beracun.

Liputan6.com, Pittsburgh - Menelan baterai bukan hal yang lazim bahkan cenderung aneh dan membahayakan nyawa seseorang. Namun, belum lama ini para ilmuwan berhasil menciptakan baterai yang aman ditelan manusia demi melawan sejumlah penyakit.

Pil baterai itu terbuat dari bahan kimia manusia dan berfungsi seperti pembangkit listrik berukuran renik (mikro) dengan kemampuan melepas obat secara terkendali.

Dikutip dari Bloomberg pada Rabu (24/8/2016), obat konvensional dengan kendali waktu melepaskan obat dalam bentuk molekul-molekul kecil. Namun, kalau zat obatnya semakin rumit, perlu pil yang lebih berdaya dan teliti sehingga memerlukan perangkat mikroelektronik yang bisa ditelan.

Masalahnya, "pil pintar" yang ada sekarang belum cukup pintar karena masih mengandalkan baterai miniatur dengan bagian yang tak layak telan atau bahkan beracun.

Pil demikian bisa tersangkut di sembarang tempat atau susah dikeluarkan, demikian menurut Christopher Bettinger, profesor muda ilmu bahan dan teknik biomedis di Carnegie Mellon University.

Selain pertimbangan energi dan racun, para ilmuwan juga perlu menimbang-nimbang ukuran baterai. Untuk itu, Betinger dan kelompoknya tertantang untuk memperkecil ukuran baterai dan sekaligus mencari zat kimia yang asing bagi tubuh manusia.

Salah satu jawabannya adalah melanin, suatu pigmen penapis sinar ultra ungu yang ada pada rambut, kulit, dan mata.

Jika baterai-bio (bio-battery) ini bisa memberi daya untuk pengiriman obat, tentunya tidak beracun, kata Bettinger. Hanya seperti menelan tinta cumi-cumi.

Dalam teori, cara kerjanya seperti baterai lithium-ion pada komputer atau baterai timah-asam pada aki. Baterai telan ini juga memerlukan kutub positif dan negatif.

Elektron akan menjauhi kutub negatif. Jika ada sirkuit luar baterai yang menghubungkan kutub-kutub baterai, maka elektron akan mengalir ke kutub positif dan dengan demikian memberi daya kepada perangkat kita.

Sementara itu, ion-ion membebaskan diri dari ujung negatif dan mengalir ke kawasan elektrolit dalam baterai, lalu bertemu lagi dengan elektron-elektron di ujung lainnya.

Zat lithium amat baik untuk mendayai baterai perangkat atau mobil, dan juga untuk penanganan gangguan bipolar. Tapi, zat ini diketahui mempengaruhi susunan kimia otak dan sistem syaraf sehingga ada risiko besar untuk menelannya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mengapa Memilih Melanin?

Ada beberapa hal yang mendukung penggunaan melanin sebagai bahan baterai-bio. Pigmen melanin melindungi tubuh dari radiasi ultra ungu dari matahari. Melanin menangkap partikel bermuatan—dikenal sebagai radikal bebas.

Kata Bettinger, "Ternyata proses yang sama penting juga untuk baterai. Keren."

Di dalam otak, zat melanin membantu mengikat logam-ogam lain yang bisa menjadi bahaya, misalnya seng, alumunium, dan zat besi. Zat-zat itu kemudian direndam dalam sejenis buih—ini penting untuk bahan baterai.

Tapi jalan masih panjang. Demi kelanjutan penelitian, Bettinger masih harus menjangkau para peneliti kedokteran yang memerlukan mekanisme teknologi tinggi untuk penghantaran obat.

"Berikutnya adalah bekerja sama dengan rekanan untuk mendapatkan aplikasi terhebat. Kami punya baterai tak beracun, hebat. Tapi bisa apa dengan itu? Kami berpendapat, ada suatu kesempatan untuk mendayai pil-pil cerdas."

(Sumber biomicrosystems.net)

Bakteri lambung telah menarik perhatian belakangan ini setelah para peneliti menemukan hubungan antara bakteri lambung dengan sejumlah penyakit kronis, termasuk kanker, diabetes, dan obesitas.

Suatu hari nanti, baterai melanin dapat mendukung terapi biolistrik agar merambah dalam sistem pencernaan bawah bersama dengan mikroba sehat.

Kata Bettinger, "Ada sasaran besar untuk terapi dalam saluran pencernaan yang bisa dijangkau dengan perangkat ini."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.