Sukses

Inovasi Terbaru, Cincin Jantung Ini Mampu Larut dalam Darah

Dua teknologi terbaru stent jantung adalah Absorb Bioresorbable Vascular Scaffold (BVS), satu-satunya stent yang dapat larut secara alami

Liputan6.com, Jakarta Penyakit jantung masih menjadi ancaman bagi masyarakat modern. Dalam mengobati penyakit ini, ada tiga jenis terapi yang bisa dilakukan yaitu terapi farmakologi, operasi by pass atau pintas koroner, dan intervensi koroner perkutan (teknik untuk melebarkan pembuluh darah). Namun ada yang tak kalah penting seperti pemasangan stent atau cincin jantung untuk membuka pembuluh darah.

Begitu disampaikan spesialis jantung dan pembuluh darah, Prof. Dr. dr. T. Santoso, saat ditemui di RS Medistra, Jakarta, Senin (15/8/2016).

"Seiring kemajuan teknologi, kini pemasangan stent dapat larut secara alami dan tak meninggalkan efek samping di kemudian hari. Dua teknologi terbaru adalah Absorb Bioresorbable Vascular Scaffold (BVS), satu-satunya stent yang dapat larut secara alami dalam pembuluh darah dan Xience, sebuah perangkat medis jenis stent yang berbalut obat yang aman dan efektif bagi pasien jantung," katanya.

Bedanya dengan stent sebelumnya adalah, proses dari BVS ini didukung dari kekuatan polilaktid yang mudah larut dalam darah dan perlahan menghilang. Setidaknya,  pembuluh darah akan elastis kembali dalam waktu dua hingga lima tahun.

"Generasi stent pertama tidak bisa hilang dan menyebabkan peradangan dan penggerakan baru pada pembuluh darah yang menyebabkan serangan jantung kembali. Sedangkan stent generasi terbaru ini dipasang pada pembuluh darah dan akan luruh sehingga lebih bertahan lama," ujarnya.

Keunggulan lainnya, Absorb BVS akan larut secara alami dalam jangka waktu tiga tahun setelah stent tersebut telah
selesai melakukan proses pembukaan kembali pembuluh darah yang menyempit. Absorb telah diterapkan sebagai salah satu pilihan tindakan dalam mengobati penyakit jantung di lebih dari 150.000 pasien di seluruh dunia.

Vice President of Medical Affairs at Abbott Vascular and Consulting Professor of Medicine at the Center for Cardiovascular Technology, Stanford University, Dr Krisha Sudir, mengatakan, absorp terbuat dari bahan yang larut sendiri secara alami seperti melarutkan jahitan tanpa meninggalkan bekas setelah perangkat medis ini selesai mengobati bagian yang tersumbat.

"Arteri yang telah ditangani dapat kembali berdenyut dan lentur secara alami setelah adanya perubahan kinerja jantung terhadap adaptasi aktivitas sehari-hari dan membantu pasien untuk kembali melakukan kegiatan sehari-hari tanpa memiliki rasa khawatir terhadap implan logam yang permanen," katanya.

Dia menambahkan, penyakit arteri koroner seringkali dikaitkan dengan penyakit diabetes serta peningkatan tingkat glukosa dalam darah yang dapat menyebabkan kerusakan pembuluhan darah. Mengatasi hal ini, Abbott juga
memperkenalkan XIENCE, sebuah stent bersalut obat yang berbahan fluoropolymer, dirancang khusus untuk mengurangi inflamasi sehingga perangkat medis ini membuat para pasien dengan penyakit jantung dan diabetes merasa aman.
 
Balutan permukaan bahan fluoropolymer mampu mencegah trombosit menempel di stent, sehingga mengurangi risiko penggumpalan darah dan inflamasi.

Di Indonesia, penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya. Data Kementerian Kesehatan mencatat, pada 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Lebih dari tiga juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun dan seharusnya dapat dicegah.

Kematian dini yang disebabkan oleh penyakit jantung terjadi berkisar sebesar empat persen di negara berpenghasilan tinggi sampai dengan 42 persen terjadi di negara berpenghasilan rendah. Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 kematian di seluruh dunia setiap tahunnya.

Hipertensi menyebabkan setidaknya 45 persen kematian karena penyakit jantung dan 51 persen kematian karena penyakit stroke. Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030.

Kenali faktor risiko jantung seperti riwayat keluarga, jenis kelamin (pria cenderung lebih berisiko), obesitas dan usia. Lakukan deteksi dini dengan pemeriksaan tekanan darah rutin dan perilaku hidup sehat. Pengendalian dan kewaspadaan dini bisa mencegah kondisi jantung memburuk.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini