Sukses

Mood Jelek Bikin Hidup Jadi Lebih Baik? Ini Buktinya

Ilmuwan ungkap fakta baru yang sangat mengejutkan: Suasana hati negatif justru membuat orang lebih sukses dengan potensi umur lebih panjang.

Liputan6.com, Jakarta- Setiap orang pada umumnya dididik untuk selalu berpikir dan berperilaku positif. Tentunya seiring beranjak dewasa kita cenerung berpikir bahwa optimisme dan kesabaran bisa selalu menggiring kita ke ranah kesuksesan suatu hari kelak.

Namun, penelitian yang dilakukan seorang profesor dari University of Amsterdam, Matthijs Baas mengungkap sebuah fakta tidak pernah dikemukakan sebelumnya: kesedihan, amarah, pesimisme dan suasana hati buruk lainnya memiliki dampak positif bagi manusia.

Melansir BBC, Kamis (11/8/2016), sama halnya dengan jiwa positif, mood negatif atau suasana hati yang kurang baik juga memiliki fungsi tertentu yang dapat membantu manusia menjalankan kehidupan sehari-hari mereka.

Tidak ada yang senang menghabiskan waktu dengan seseorang yang pemarah. Namun amarah telah membantu sosok tersebut lebih dominan dalam ketika sedang bernegosiasi, lebih tegas dalam memilih keputusan dan lebih kecil risikonya mengalami serangan jantung lantaran selalu melampiaskan bebannya.

Contoh lainnya, seseorang yang sinis ternyata lebih mungkin merasakan hubungan pernikahan yang mulus dan juga memiliki potensi lebih besar untuk dapatkan gaji tinggi dan hidup lebih lama. Meski gemar menyindir orang lain, hal tersebut justru membuatnya jauh lebih beruntung lantaran gemar mengkritik dan selalu mendorong dirinya untuk mendapatkan apa yang ia mau.

Dari sisi pernikahan, orang sinis tentunya akan rajin mengkritik pasangan dan rupanya hal tersebut membuat kedua belah pihak saling melakukan refleksi ke diri masing-masing.

“Terkadang amarah justru menyelamatkan nyawamu. Amarah membuat diri Anda lebih siap untuk menghadapi segala bentuk cobaan yang ada. Jadi ketika dihampiri masalah, Anda sudah jauh lebih siap untuk melawannya dan juga sudah memikirkan strategi untuk keluar dari masalah tersebut,” jelasnya.

Terlebih lagi, mereka yang tidak ragu untuk melampiaskan amarah mereka lebih kecil risiko terkena serangan jantung. Sementara mereka yang selalu berusaha positif kerap kali terjebak dalam posisi di mana mereka merasa tertekan lantaran tidak bisa mengemukakan pendapat. Alhasil, banyak dari mereka meninggal dunia akibat stres menahan beban.

Bukan hanya Matthijs saja yang berpikiran begitu, ilmuwan lainnya juga sudah mulai membenarkan teori tersebut. Salah satunya adalah Joseph Forgas, pria yang diketahui telah menghabiskan waktu selama empat dekade menganalisis dampak emosi pada perilaku manusia.

“Mood negatif mengindikasikan bahwa kita sedang dalam situasi yang masih asing sekaligus menantang bagi diri kita. Hal tersebut membuat diri kita jadi lebih peka, lebih teliti dan lebih hati-hati dalam berperilaku, berbicara, merespon dan juga membuat keputusan,” tuturnya.

Selain itu, amarah atau mood yang negatif juga terbukti dapat membantu seseorang jauh lebih mahir dalam bergaul. Ini dikarenakan dirinya akan menjadi lebih berani untuk bertindak tanpa harus main aman.

Dampak positif lainnya juga termasuk, kemahiran berbahasa, lebih persuasif, daya ingat lebih baik dan lebih didengar saat berani mengutarakan pendapat dalam situasi sedang berdebat.

Keberaniannya untuk berpikir berbeda dari yang lain, mengkritik kesalahan orang lain dan juga tidak malu bertanya tentu akan membuatnya jauh lebih sukses dibandingkan mereka yang sekedar cari aman dan menganggap semua orang memiliki niat yang baik terhadapnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dampak negatif berpikir positif

Sebaliknya, suasana hati baik justru diiringi oleh sejumlah risiko seperti, berkurangnya fokus pada hal-hal kecil, menguatnya sifat egois seseorang, meningkatnya hawa nafsu mulai dari makan, minum alkohol hingga berhubungan seks.

Ketika seseorang sedang berpikiran positif, dirinya akan lebih merasa bahwa tidak ada ancaman atau pun bahaya yang akan menghampirinya. Ia akan cenderung lebih merasa bahwa tidak ada yang akan menyakitinya dan semua hal yang ia lakukan merupakan cerminan dari perilaku positif tersebut.

Untuk mereka yang sudah menikah, orang-orang yang berpikir dan berjiwa positif akan terus memaafkan pasangan mereka bahkan ketika kesalahan mereka sudah tidak bisa ditoleransi lagi.

Kerap kali hal tersebut juga jadi membuat dirinya tidak transparan dan enggan mengkritik. Pasalnya, hubungan pernikahan lebih rentan terhadap konflik dan perceraian.

Namun, segala sesuatu ada positif dan negatifnya. Apabila tingkat amarah dipelihara sesuai kadar yang diperlukan dan jiwa positif tetap ada pada waktu bersamaan, maka hasilnya akan jauh lebih baik. Keseimbangan antara yang baik dan yang kurang baik merupakan kondisi suasana hati yang paling baik dan patut dijaga. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini