Sukses

6 Alasan Orang Tua Tak Beri Imunisasi Anaknya

Inilah alasan-alasan kenapa orang tua enggan vaksin anaknya

Liputan6.com, Jakarta Informasi yang salah tentang vaksin memunculkan kecemasan dan ketakutan pada kebanyakan orang tua, yang kemudian memilih untuk tak mengizinkan dokter memberikan vaksin kepada anak-anak mereka. Alasan-alasan inilah yang sering diperdebatkan orang tua kepada dokter, seperti dikutip dari Parent, Rabu (20/7/2016).

Komentar : "Begitu banyak vaksin akan membanjiri sistem kekebalan tubuh bayi saya?"

Fakta

Orang tua yang lahir di tahun 1970-an dan 80-an divaksinasi terhadap delapan penyakit yang mampu melawan 14 penyakit. Jadi sementara anak-anak sekarang mendapatkan lebih banyak vaksin karena tiap-tiap vaksin dapat melindungi hampir dua kali atau lebih penyakit.

Bukan jumlah vaksin yang penting tetapi apa yang terkandung pada setiap vaksin. Antigen adalah komponen virus atau bakteri dari vaksin yang menginduksi sistem kekebalan tubuh untuk membangun antibodi dan melawan infeksi di masa depan.

"Saya seorang spesialis penyakit menular, tapi saya tidak melihat infeksi pada anak-anak setelah mereka memperoleh vaksin lengkap pada usia 2, 4, dan 6 bulan.”kata Mark H. Sawyer, M.D., profesor pediatri klinis di University of California San Diego School of Medicine and Rady Children's Hospital.

Komentar : "Sistem kekebalan tubuh anak saya belum matang, jadi lebih aman untuk menunda beberapa waktu?"

Fakta

Ini adalah kesalahpahaman terbesar di antara orang tua saat ini. Dalam kasus MMR, menunda vaksin tiga bulan saja dapat meningkatkan resiko demam kejang.

Tidak ada bukti bahwa menunda vaksin lebih aman. Apa yang diketahui adalah bahwa jadwal vaksin yang direkomendasikan dirancang untuk memberikan perlindungan sebesar mungkin pada anak. Rekomendasi jadwal vaksin ini dibuat oleh puluhan ahli penyakit infeksi dan epidemiologi dari CDC, dokter dari universitas, dan rumah sakit.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Vaksin mengandung racun

Komentar :  "Vaksin mengandung racun, seperti merkuri, aluminium, formaldehyde, dan antibeku." ??

Fakta

Vaksin sebagian besar berisi air dengan antigen, tapi mereka membutuhkan bahan tambahan untuk menstabilkan atau meningkatkan efektivitas vaksin. Orang tua khawatir tentang merkuri karena beberapa vaksin yang digunakan mengandung thimerosal pengawet, yang terurai menjadi etilmerkuri. Para peneliti sekarang tahu bahwa etilmerkuri tidak menumpuk di methylmercury tubuh seperti neurotoxin yang ditemukan di beberapa ikan. Tapi thimerosal telah dihapus dari semua vaksin bayi sejak tahun 2001 sebagai tindakan pencegahan.

Vaksin yang mengandung aluminium, ini digunakan untuk meningkatkan respon kekebalan tubuh, merangsang produksi antibodi yang lebih besar dan membuat vaksin lebih efektif. Meskipun aluminium dapat menyebabkan kemerahan lebih besar atau bengkak di tempat suntikan, jumlah kecil dari aluminium dalam vaksin-kurang dari apa yang anak-anak mendapatkan melalui ASI, susu formula, atau sumber lainnya serta tidak memiliki efek jangka panjang dan telah digunakan di beberapa vaksin sejak tahun 1930-an.

Formaldehida, digunakan untuk menonaktifkan potensi kontaminasi, mungkin juga di beberapa vaksin, tapi ratusan kali lebih kecil dari jumlah formaldehida yang manusia dapatkan dari sumber lain, seperti bahan buah dan isolasi. Tubuh kita bahkan secara alami menghasilkan lebih formaldehida dari apa yang ada di vaksin, jelas Dr. Halsey

Adapun antibeku itu tidak hanya di vaksin. Orang tua mungkin membingungkan nama kimia ethylene glycol dan propilen glikol-dengan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan vaksin (polietilena glikol tert-octylphenyl eter tidak berbahaya).

3 dari 3 halaman

Vaksin tidak benar-benar bekerja,

Komentar : "Vaksin tidak benar-benar bekerja, seperti vaksin flu?"

Fakta

85 - 95 persen vaksin sangat efektif terhadap satu penyakit. Namun Vaksin flu sangat rumit. Setiap tahun, spesialis penyakit infeksi dari seluruh dunia bertemu untuk memprediksi strain yang cenderung beredar selama musim flu berikutnya. Efektivitas vaksin tergantung pada strain. Vaksin musim lalu hanya 23 persen efektif untuk mencegah flu; Penelitian menunjukkan bahwa vaksin dapat mengurangi risiko oleh sekitar 50 sampai 60 persen ketika strain yang tepat dipilih.

Komentar : "Vaksin tampak seperti cara bagi perusahaan farmasi dan dokter untuk membuat banyak uang." ??

Fakta 

Masuk akal bagi perusahaan farmasi untuk memperoleh keuntungan dari produk mereka, seperti produsen lainnya. Namun telah ada ketetapan yang jelas dari pemerintah tentang harga vaksin, dan berapa keuntungan yang diambil oleh produsen. Bahkan tak jarang beberapa perusahaan farmasi menggunakan dana sendiri untuk melakukan penelitian seputar vaksin.

Komentar : "Efek samping dari beberapa vaksin tampak lebih buruk dari penyakit yang sebenarnya." ??

Fakta 

Sebelum sebuah vaksin baru disetujui, dibutuhkan waktu 10- 15 tahun serta melewati empat fase pengujian keselamatan, serta efektivitas. FDA kemudian mendalami data untuk memastikan vaksin aman. Dari sana, CDC, AAP, dan American Academy of Family Physicians memutuskan apakah akan merekomendasikan hal ini.

Tidak ada perusahaan akan menginvestasikan uangnya untuk membuat vaksin yang bisa menyebabkan masalah kesehatan menjadi lebih buruk. Memang benar bahwa vaksin memberi efek samping seperti demam, kejang dan demam tinggi, tapi ini tidak pernah terdengar. Bahkan efek samping yang serius jauh lebih jarang.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini