Sukses

Berbagai Aksi Peringati Hari Tanpa Tembakau Sedunia

Beragam kegiatan memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) berlangsung di beberapa tempat.

Liputan6.com, Jakarta Beragam kegiatan memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) berlangsung di beberapa tempat. Kementerian Kesehatan RI menggelar acara Dialog Interaktif Pengendalian Tembakau di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta.

Acara bertema "Suarakan Kebenaran" ini antara lain membahas peningkatan tajam jumlah perokok usia muda dalam 20 tahun terakhir. Jika pada 1995 hanya 7,1 persen remaja usia 16-19 tahun yang merokok, jumlah ini melesat tiga kali lipat pada 2014, yakni sekitar 20,5 persen berdasarkan data Kementerian Kesehatan.

"Sudah saatnya masyarakat disadarkan akan bahaya merokok sehingga mereka mau dan mampu menghentikan kebiasaan merokok terutama pada generasi muda," tutur Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Mohamad Subuh, di Jakarta (31/5/2016).

Subuh menyebutkan paling tidak ada tiga faktor yang menyebabkan melesatnya jumlah perokok di Indonesia. Pertama, anak muda mudah sekali terpengaruh oleh sesuatu yang sedang menjadi gaya hidup. "Mungkin bagi mereka merokok itu membuat macho atau keren, sehingga mereka terpengaruh untuk merokok," papar Subuh.

Kedua, mudahnya akses mendapatkan rokok membuat anak-anak usia sekolah bisa bebas membelinya. "Bila di sekolah tidak ada, keluar pagar sekolah mudah sekali ditemukan rokok," katanya.

Ketiga, murahnya harga rokok membuat siswa usia SMP sudah mampu membelinya. "Dengan harga Rp 5 ribu rupiah saja anak-anak sekolah bisa beli beberapa batang rokok. Sementara kalau di luar negeri satu bungkus rokok sekitar Rp 140.000," kata Subuh.

Bila anak-anak sudah mengonsumsi rokok, kandungan berbahaya dalam rokok bisa menurunkan prestasi mereka. "Dari hasil penelitian, merokok bisa menurukan fungsi otak ini artinya kecerdasannya menurun yang berpengaruh terhadap prestasi seorang anak," tutur Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud RI, Hamid Muhammad dalam kesempatan yang sama.

Selain faktor prestasi yang menurun, merokok di usia muda menurut Subuh juga menyebabkan aneka penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, kanker akan menanti di usia tua.

"Suarakan kebenaran tentang bahaya merokok. Sudah saatnya kita menghentikan perokok pemula menjadi perokok aktif," tegas Subuh.

Apresiasi tembakau

Di tempat lain, sekitar 23 orang yang tergabung dalam Komunitas Kretek memperingati Hari Antitembakau di Tugu Tani dengan mengapresiasi tembakau yang menurut mereka telah memberi dampak positif bagi masyarakat Indonesia.

"Bertepatan dengan Hari Tanpa Tembakau Sedunia, kami justru memberi apresiasi terhadap tembakau yang menghidupi banyak orang. Suka tidak suka, tembakau punya sisi positif yang menghidupi banyak orang," ucap Koordinator Aksi, Aditya Purnomo.

Aditya menambahkan, banyak industri tembakau berkembang baik di Indonesia karena banyak pihak punya kepentingan terhadap tembakau. Menurutnya, banyak orang menggantungkan hidup mereka pada industri yang sudah ada sejak penjajahan Belanda ini.

"Dan jika tembakau diberangus, maka mereka mau hidup dari mana?" tanya Aditya.

Selain di Tugu Tani, aksi peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia juga dilakukan di sejumlah titik di Jakarta. Aditya menyebut, aksi serupa berlangsung di perempatan Patung Kuda Indosat, Tugu Pancoran, kawasan SCBD Sudirman, dan Kota Tua.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini