Sukses

Mengukus Sayuran Lebih Sehat Ketimbang Makan Mentah

Sebuah penelitian terbaru di Brasil menemukan, mengukus sayuran lah yang dapat meningkatkan nilai gizi.

Liputan6.com, Jakarta Selama ini mungkin kita kerap terfokus pada sayuran mentah yang memberikan banyak manfaat kesehatan. Namun sebuah penelitian terbaru di Brasil menemukan, mengukus sayuran lah yang dapat meningkatkan nilai gizi.

Seperti diberitakan Menshealth, Sabtu (26/3/2016), peneliti menganalisis 21 penelitian yang menganalisis bagaimana metode memasak berbeda memengaruhi tingkat antioksidan pada sayuran. Sebab antioksidan terkenal karena dapat menangkis kanker, penyakit jantung, diabetes, osteoporosis dan penyakit neurodegeneratif.

Kebanyakan orang memasak sayur dengan cara memakan mentah, merebus, menumis dan memasaknya menggunakan microwave. Namun cara ini dinilai dapat menghancurkan antioksidan. Terutama merebus sayuran, akan membuat beberapa senyawa vitamin ikut larut dalam air panas.

 

"Setiap sayur memiliki reaksi yang berbeda sesuai metode memasak. Tapi analisis kami menemukan, rata-rata merebus sayuran dapat mengurangi polifenol-jenis antioksidan sebesar 38 persen. Sedangkan mengukus dapat meningkat kandungan polifenol sebesar 52 persen," ujar peneliti.

Seorang profesor ilmu gizi di University of Illinois at Urbana-Champaign, Elizabeth H. Jeffrey, Ph.D., mengatakan, mengukus cenderung meningkatkan kadar polifenol karena proses pemanasannya lembut dan sayuran tidak terendam air.

"Uap dari proses mengukus memang dapat melepas polifenol tapi tak sebanding dengan proses memasak lain. Hal ini juga akan mencegah risiko masalah pencernaan bagi Anda yang tidak terbiasa makan sayuran mentah," kata Jeffrey.

Tentu saja, lanjut dia, hal ini tidak berarti kalau memasak menggunakan microwave atau memanggang brokoli jadi buruk. Hanya saja, antioksidan jauh lebih sedikit dibandingkan mengukusnya.

"Tidak peduli bagaimana Anda memasak, jangan berlebihan. Sebab memasak sayuran terlalu lama pada suhu tinggi cenderung merusak banyak antioksidan," ujar peneliti.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.