Sukses

Pencegahan, Cara Kunci Menghadapi Meningitis

Perlu antibiotik yang tepat, tapi perlu juga cukup kebijaksanaan untuk mengatakan, ‘Sepertinya ini meningitis’.

Liputan6.com, Silver Spring - Sebagai orangtua, apakah kita sudah mengetahui sejumlah hal pokok tentang meningitis dan apa yang dapat dilakukan untuk melindungi anak kita?

Dikutip dari Life Script pada Kamis (24/3/2016), Sally Schoessler, R.N. menjelaskan sejumlah hal tentang meningitis, kesulitan diagnosis, dan cepatnya perkembangan penyakit itu. Wanita itu ikut serta dalam kampanye kesadaran "Voice of Meningitis" di AS.

Direktur pendidikan untuk National Association of School Nurses di kota Silver Spring, Maryland itu mengatakan, “Meningitis adalah infeksi bakteri yang sangat jarang tapi serius.”

Lanjutnya, “Infeksi itu bisa merenggut nyawa seorang remaja yang tadinya sehat-sehat saja dalam waktu kurang dari 24 jam.”

Meningitis adalah keadaan ketika “meninges, yaitu jaringan di antara otak dan syaraf tulang belakang membengkak dan terkena infeksi. Muncul juga bakteremia, yang adalah infeksi parah dalam darah, dan juga pneumonia.”

Infeksi ini menjadi semakin parah dengan cepat dan “sukar mendapat diagnosis karena terlihat seperti flu.” Gejalanya antara lain demam, pusing, ngilu persendian, dan leher yang kaku.

Bukan hanya itu, ujarnya, “Mereka yang bertahan hidup menderita dampak jangka panjang.” Dampak sampingannya antara lain:
1. Amputasi lengan, kaki, jari, atau jempol
2. Kerusakan neurologis
3. Ketulian
4. Kerusakan ginjal

Infeksi bakteri ini menular dengan mudah melalui tetesan pernafasan di dalam ruang tertutup, seperti asrama kampus atau kamp musim panas, ketika orang “berbagi alat makan, berbagi botol minum. Saling berciuman.”

Pihak pengendali penyakit menular AS (Centers for Disease Control and Prevention, CDC) menganjurkan agar remaja mendapatkan vaksinasi melawan meningococcal meningitis pada usia 11 atau 12 tahun. Penguat (booster) agar diberikan pada usia 16 tahun.

Namun, di AS, hanya 30 persen dari 78 persen anak yang mendapat vaksin telah menerima vaksin kedua sebagai penguat tersebut, demikian disebutkan oleh CDC.

Kata Schoessler, “Ada yang tidak menyambung di situ, karena daya guna vaksin mulai menurun.”

Untuk mengatasi meningitis, “Perlu antibiotik yang tepat, tapi perlu juga cukup kebijaksanaan untuk mengatakan, ‘Sepertinya ini meningitis’, karena seringkali hasil ujinya terlambat untuk bisa meresepkan antibiotik yang benar. Pencegahan adalah kunci dalam menghadapi meningitis.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini