Sukses

Cetuskan Ide Cemerlang, Pemuda Sumba Timur Ini Diundang PBB

Kisah Yudianto Njepa Kaka, anak asuhan Wahana Visi Indonesia (WVI) yang diundang PBB sebagai pembicara lingkungan

Liputan6.com, Jakarta Pemerataan pendidikan di Indonesia memang belum maksimal. Bahkan di ibu kota saja banyak anak yang masih belum mendapatkan pendidikan layak, namun hal ini tak terjadi pada Yudianto Njepa Kaka.

Laki-laki muda bertubuh mungil yang tinggal di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, ini berhasil menjadi penggerak aktif sebuah forum anak di daerah asalnya. Yudi bahkan berhasil mendatangi Jepang dan Paris sebagai pembicara dalam program kerja oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Yudi yang merupakan salah satu anak asuh dari Wahana Visi Indonesia (WVI) mewakili Indonesia di kancah internasional terkait dengan lingkungan. Di usianya yang tergolong cukup belia ia sudah sukses mendapat ribuan pujian dari masyarakat Sumba Timur hingga internasional.

Yudi yang adalah ketua dari Forum Anak Sumba Timur (FAST) ini telah menginjakkan kakinya di Paris, Perancis dalam Konferensi Perubahan Iklim dan Hak Anak yang diselenggarakan oleh Koalisi Anak untuk Perubahan Iklim, yang diselenggarakan oleh PBB 30 November hingga 11 Desember 2015 silam.

Dalam pertemuan tersebut, Yudi membagi suka dan dukanya selama hidup di desa paling rawan kekeringan itu. Ia pun memetakan sejumlah dampak dari kekeringan mulai dari kelaparan, kekurangan air minum, hingga malnutrisi.

Hebatnya, Yudi juga menemukan dampak luar biasa dari hal tersebut, yaitu hilangnya waktu belajar para anak di desanya. Ini akibat membantu orang tua mereka untuk mencari air bersih dan makanan di hutan, yang lokasinya cukup jauh dari rumah mereka.

Dalam pidatonya, Yudi menyerukan harapannya akan dukungan untuk mengurangi kekeringan yang terjadi di desanya. “Pertama, yang paling penting adalah dukungan dari orang tua atau keluarga. Apa yang mereka ajarkan di rumah dapat mendorong perilaku atau kebiasaan positif anak. Kedua, dukungan dari para guru dalam mempromosikan dan memfasilitasi kegiatan penghijauan di area sekolahnya. Lalu yang terakhir adalah dukungan dari pemerintah desa dalam membuat kebijakan dan memberikan ruang bagi anak untuk mengambil bagian dalam proyek penanaman pohon seperti ini,” cetusnya.

Siswa kelas X SMAN 2 Waingapu, NTT itu telah memperkaya dirinya dengan wawasan dan pembelajaran yang ia dapatkan selama ini. Terlebih, Yudi yang sudah berhasil mewakili Indonesia tak malu secara fisik dan mental, walau ia bukan berasal dari keluarga kaya.

FAST di bawah dampingan WVI Wilayah Operasional Sumba Timur mengadakan proyek “Utang Na Anamu” atau Hutan untuk Anak. Proyek ini mengajak para anak di Sumba Timur, untuk menanam pohon mangrove di pesisir pantai dan pohon-pohon lainnya di sekolah mereka masing-masing. Gerakan ini menjadi sebuah tabungan kelak, jika pohon-pohon itu sudah tumbuh besar, mereka dapat menjualnya yang hasilnya akan dijadikan tabungan pendidikan mereka.

Ini menjadi potret keberhasilan anak Indonesia yang tetap mampu belajar dan mengaplikasikan ide cemerlangnya dalam memajukan serta mengharumkan bangsa Indonesia.

Yudi yang hidup serba kecukupan bahkan kadang kekurangan tetap semangat menjalani hidupnya. Yudi bahkan memiliki sebuah teori pemikiran yang baik. "Seorang anak dapat membuahkan praktik yang baik. Sebaliknya, dengan praktik, anak bisa mengembangkan teori dan pola pikir yang baik," ungkapnya.

Anak dari pasangan Markus Tay seorang tukang ojek, dan Warda, ibu Yudi yang bekerja sebagai penjual kue ini masih menyimpan cita-cita luar biasa dan mulia, "Visi saya adalah untuk melihat 50 persen anak di Sumba Timur yang hingga kini masih belum punya akses untuk bersekolah dapat menyelesaikan sekolah dasar dengan gratis,” begitu ungkapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini