Demi Urus Anak, Laki-laki di Korea Berhenti Kerja

Liputan6.com, Jakarta Demi mengurus anak-anaknya, sejumlah laki-laki di Korea berhenti dari pekerjaannya. Gerakan-gerakan 'Superdad' inipun semakin menjamur dan mendorong program pemerintah untuk memiliki anak sebanyak-banyaknya.

Chung Sang-hoon (34) misalnya, dia telah berhenti dari pekerjaannya sebagai sales dan tinggal di rumah dengan anak-anaknya. "Alasan saya untuk berhenti, saya ingin menjadi ayah yang berbeda. Waktu bersama anak sangat berharga dan saya melakukan semua mulai dari cuci piring hingga memberikan nilai penting bagi pertumbuhannya," katanya, seperti dikutip Businessinsider, Sabtu (2/1/2016).

Istrinya, Jeon Jeong-mi, mengatakan suaminya memberikan dampak yang besar bagi karirnya. "Saya bisa bekerja tanpa merasa khawatir tentang rumah. Dan saya tidak harus pulang lebih awal. Juga, saya tidak perlu merasa berat hati bila meninggalkan mereka bekerja di pagi hari."

Gerakan Superdad memang menantang kaum Adam di Korea karena budaya kaku negara ini telah menyebabkan perempuan Korea Selatan merasa tertekan di tempat kerja dan mereka harus mengambil cuti untuk merawat anak-anak. Akibatnya, Korea Selatan memiliki angka kelahiran terendah.

Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye saat ini telah membuat sejumlah program agar laki-laki dapat membantu mengatasi tingkat kelahiran rendah dan memberikan dorongan karir pada perempuan.

Hong Seung-ah, dari Korean Women’s Development Institute di Seoul mengatakan, jam kerja panjang menyebabkan laki-laki memiliki sedikit waktu untuk anak dan keluarganya. Belum lagi, hanya 5 persen dari total jumlah pria yang memiliki anak di Korea Selatan yang mengambil cuti pada semester pertama 2015. Padahal target pemerintah pada 2030, sebanyak 30 persen pria bisa cuti untuk mengurus anaknya.