Sukses

Trisha, Gadis Belia Pencipta Aplikasi Anti Bullying

Aplikasi ReThink yang dapat mencegah terjadinya cyberbullying di kalangan anak-anak diciptakan Trisha Prabu

Liputan6.com, Jakarta Gadis ini sedih, marah, dan hatinya hancur kala membaca sebuah berita mengenai salah seorang korban cyberbullying yang memilih bunuh diri. Tak mau korban bullying bertambah banyak, ia berusaha mencari solusi sampai pada akhirnya membuat satu aplikasi bernama ReThink.

Gadis jenius bernama Trisha Prabu yang berasal dari Illinois, Amerika Serikat mengatakan, ReThink adalah aplikasi pengingat bahwa pesan yang akan dikirim oleh seseorang berpotensi mengitimidasi si penerima pesan. Jika ditemukan pesan yang berpotensi menyinggung, muncul jendela pop-up, mengingatkan untuk mempertimbangkan kembali isi pesan yang akan dikirim itu.

Akan muncul pengingat jika si pengirim mengetik kata-kata yang dapat mengintimidasi si penerima pesan

Butuh waktu lama bagi gadis berumur 15 tahun menciptakan aplikasi ini. Setidaknya, ia harus melakukan uji coba lebih dari 1.500 kali. Ia juga rela menggunakan waktu santainya untuk menyempurnakan aplikasi ReThink ini. 

Di sela-sela pembuatan ReThink, Trisha juga melakukan penelitian kecil-kecilan. Ia menemukan, seorang remaja akan melakukan apa saja, termasuk mengirim sebuah pesan yang justru menyudutkan si penerimanya ketika ia berada di bawah tekanan.

"Dari hasil penelitian saya, jika mereka diberi kesempatan untuk berhenti sejenak, melihat hasil ketikannya, dan memikirkan kembali untuk mengirim pesan tersebut, anak-anak ini akan berubah pikiran dan memutuskan untuk tidak mengirim pesan yang menyakitkan," kata Trisha dikutip dari situs Daily Mail, Senin (28/12/2015)

Tidak pernah terbesit keinginannya untuk menyudahi pembuatan ReThink ini. Ia ingin semua orang menggunakan aplikasinya. Trisha mengatakan, cukup banyak penelitian yang menunjukkan sedikit sekali seorang anak yang memberitahu orangtua atau teman terdekatnya kalau dia sedang berada di bawah tekanan teman-temannya atau dia sedang dibully. Sampai pada akhirnya, orang terdekat baru mengetahui semuanya di saat korban sudah meninggal dunia.

"Lima puluh persen dari remaja di Amerika Serikat mendapat intimidasi dari dunia maya," kata Trisha menekankan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini