Sukses

Transplantasi Tinja untuk Sembuhkan Radang Usus Besar

Sejumlah penelitian menjelaskan bahwa transplantasi tinja dapat menjadi pengobatan infeksi selain penggunaan antibiotik.

Liputan6.com, Maryland - Terpikir untuk memasukkan tinja orang lain ke dalam tubuh kita? Jijik? Tunggu dulu. Sejumlah penelitian menjelaskan bahwa transplantasi tinja dapat menjadi pengobatan infeksi selain penggunaan antibiotik. Jangan langsung mencoba sendiri, karena tentunya harus di bawah pengawasan dokter.

Dikutip dari General Surgery News pada Jumat (25/12/2015), transplantasi tinja dalam percobaan yang dikendalikan secara ketat ternyata aman dan tepat guna menangani radang usus besar (colitis).

Sebagai moderator dalam paparan temuan ini di sidang tahunan American College of Gastroenterology 2015, Christina M. Surawicz, MD, profesor kedokterdan di University of Washington di kota Seattle, mengatakan, “Kita telah menunggu-nunggu hasil penelitian ini.”

Dalam percobaan terkendali perdana transplantasi tinja ini—dikenal dengan nama fecal microbiota transplantation, FMT—prosesnya dilakukan dengan kolonoskopi.

Colleen Kelly, MD, FACG, asisten profesor kedokteran di The Warren Alpert Medical School di Brown University,di kota Providence, Rhode Island dan rekan-rekanya membandingkan FMT dengan plasebo pada penderita infeksi bakteri Clostridium difficile—dikenal dengan Clostridium difficile infection (CDI).

Percobaan dukungan National Institutes of Health ini dilakukan di Montefiore Medical Center di kota New York City dan Miriam Hospital di kota Providence.

Tujuan akhirnya adalah penyembuhan klinis, yaitu terhentinya diare dan tidak perlunya terapi anti-CDI selama 8 minggu ke depan. Mereka yang mengalami tiga serangan CDI dan tidak bisa diobati dengan obat vancomycin diperiksa untuk disertakan dalam percobaan. Ada 46 pasien yang secara acak dipilih untuk mendapat FMT atau placebo.

Mula-mul tinja dikumpulkan pada keadaan awal pasien untuk diperiksa apakah ada infeksi CDI, sekaligus menjadi bahan analisis mikrobiom sebelum dan sesudah perawatan. Kata Dr. Kelly, “Kebanyakan negatif CDI karena sudah mendapat vancomycin.”

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Transplantasi tinja

Transplantasi tinja untuk keseimbangan bakteri usus demi kesembuhan dari radang usus besar. (Sumber gazettereview.com)

Selagi menunggu pengaturan percobaan, pasien tetap diberikan vancomycin untuk mencegah kambuhnya penyakit. Antibiotik dihentikan 3 hari sebelum intervensi dimulai. Semua pasien mendapat persiapan menggunakan cairan lazim polietilene glikol pada malam sebelum prosedur.

Dari 22 pasien penerima FMT, 20 orang berhasil sembuh. Sedangkan kelompok placebo hanya meraih kesembuhan pada 15 di antara 24 pasien.

Namun demikian, tingkat keampuhannya berbeda menurut tempat. Di Rhode Island, 9 di antara 10 pasien (90%) penerima FMT meraih kesembuhan. Penerima placebo hanya meraih 6 di antara 14 pasien (63%). Di New York, hasilnya 92% pada FMT dan 90% pada placebo.

Menurut para peneliti, tidak ada dampak buruk serius yang berkaitan langsung dengan FMT. Sejumlah dampak yang terjadi, misalnya perih bagian perut, kelelahan, gas, dan diare—tapi tidak terlalu berbeda antara penerima FMT dan placebo.

Mark Mellow, MD adalah direktur kedokteran di INTEGRIS Digestive Health Center dan sekaligus sebagai asisten profesor kedokteran klinis di University of Oklahoma School of Medicine, keduanya terletak di Oklahoma City.

Ia mengamati bahw angka kesembuhan pada 90% dalam percobaan itu serupa dengan hasil sejumlah percobaan terkendali namun bukan acak tentang FMT secara kolonoskopi.

3 dari 3 halaman

Banyak pasien sembuh

“Ini penting, karena FMT yang dilakukan secara oral atau dengan menempatkan bahan di lambung bagian atas ditengari berdaya guna 80% dan kerap memerlukan perawatan ke dua.”

Mengenai tingginya angka placebo, Dr. Mellow menduga banyak pasien dalam percobaan itu sebenarnya telah sembuh dari CDI setelah pengobatan berulang menggunakan vancomycin dan mengalami sindrom mencret-mencret sesudah infeksi.

“Kalau memang begitu, mungkin sepadanlah untuk menelaah keberadaan CDI pada tinja sesudah terapi antibiotik sebelum mengadakan kolonoskopi pada pasien.,” katanya.

“Melihat betapa efektfnya transplantasi tinja itu, akan bermunculan dokter menggunakan FMT daripada menyiksa pasien dengan 6, 8, atau 10 kali pengobatan vancomycin dalam setahun hanya untuk mengatasi infeksi ini.”

Menyebarkan tinja secara sembarangan tinja tentunya meningkatkan risiko penyebaran radang usus besar, tapi ada saja orang kesal dengan pelayanan bank dan melampiaskan kekesalan tanpa sadar risiko kesehatan:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.