Sukses

Istri yang Haid, Suami yang Pegal-pegal

Hingga aku memahami betapa tak enaknya menjadi perempuan harus mengalami mengucurkan darah bersih setiap bulan.

Liputan6.com, Jakarta Sebenarnya pengalaman ini sudah beberapa kali kurasakan, namun baru ini yang betul-betul kusadari. Hingga aku memahami betapa tak enaknya menjadi perempuan harus mengalami mengucurkan darah bersih setiap bulan.

Sabtu sore itu, aku ke gereja bersama istriku. Seperti biasanya, di awal ibadah aku sudah mulai menenangkan diri dengan meditasi sejenak berharap hingga akhir ibadah seluruh tubuh dan jiwaku berkonsentrasi pada jalannya perayaan syukur akhir minggu. Sayang, kali ini tidak. tiga puluh menit di awal ibadah badanku mulai terasa pegal-pegal. Sendi-sendi ngilu terutama di bagian kaki. Kupikir ini akibat air conditioner yang memang biasanya membuatku tak tahan lama-lama berada dalam kungkungannya. Tapi, rupanya tidak.

Aku sudah berupaya menenangkan diri, mengatur pernapasan serta menggosok-gosok tubuhku berharap aku kembali merasa nyaman. Nyatanya, gagal. Bahkan, ketika ibadah sudah selesai pun semua gejala otot pegal, sendi ngilu, dan pantat nyeri masih berlangsung. Di mobil, saat perjalanan pulang ke rumah, rasa tak nyaman itu menyerang tiada henti. Baru kuingat ada satu hal yang aneh pada istriku.

Saat itu dia begitu ceria, bahkan ketika lalu lintas macet, dia tampak santai dan riang. Kebetulan, saat itu dia yang menyetir mobil. "Tidak biasanya,"batinku. Tapi aku sudah curiga, karena sebelumnya sudah pernah mengalami hal yang sama. Aku pun bertanya apakah dia haid. "Belum tuh. Tapi kayaknya tadi sudah ada flek,"ujarnya. Dia pun bertanya kenapa aku melempar pertanyaan itu. Kujawab, sore itu aku mengalami gejala dan tanda-tanda seperti orang sedang mau haid. Aku pun menjelaskan apa saja yang kualami dan menanyakan apakah memang gejala menjelang haid seperti itu rasanya. Karena aku mengalami hal itu lagi. Dia jawab,"ya, betul sekali,"sambil tertawa.

Dia bahkan menegaskan perasaan hatinya saat itu sedang senang dan kondisi tubuhnya sedang fit dan tidak ada rasa capai atau pegal sama sekali. Dengan sumringah dia mengatakan lagi, "Kalau begitu nanti pas hamil begitu ya,"katanya. Lalu ngobrol pun berlanjut soal pengalaman serupa yang sebelumnya kurasakan tapi tidak terlalu begitu kusadari. Dan kali ini aku benar-benar menyadarinya. Esoknya baru terbukti bahwa istriku haid.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perubahan hormonal

Perubahan hormonal

Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan wanita dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi yang ekstrem (setelah menarche dan menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.

Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap perubahan hormonal. Sistem hormonal yang memengaruhi siklus menstruasi adalah: 1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH 2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH 3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH.

Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen memengaruhi pertumbuhan dari endometrium.

Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium.

Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini