Sukses

Diet Terus Gagal? Bisa Jadi Faktor Turunan

Para ilmuwan menemukan hal yang mengejutkan, sperma dapat menurunkan bakat gemuk pada anak-anaknya.

Liputan6.com, Jakarta Pada 2013, seorang pria gemuk pergi ke Rumah Sakit Hvidovre di Denmark. Dia ingin melakukan operasi bariatrik. Namun seminggu sebelum operasi, pria itu memberikan sampel sperma untuk para ilmuwan Denmark. Seminggu setelah prosedur, ia melakukannya lagi. Setahun kemudian, ia menyumbangkan sampel ketiga.

Para ilmuwan menemukan hal yang mengejutkan, sperma dapat menurunkan bakat gemuk pada anak-anaknya. Penelitian ini tentu bertentangan dengan pemikiran umum, faktor genetik lebih memengaruhi.

"Sebuah sel sperma menyumbangkan DNA. Tapi gen-gen diatur oleh kawanan molekul, yang disebut faktor epigenetik. Molekul-molekul inilah yang memengaruhi kondisi keturunannya," kata peneliti, seperti dimual laman NyTimes, Jumat (4/12/2015).

Seorang ilmuwan syaraf di University of Pennsylvania, Dr Tracy L. Bale mengatakan, pernah meneliti sperma tikus jantan stres. Hasilnya, mereka menemukan tingkat stres yang tidak biasa dari molekul epigenetik disebut microRNAs.

Meski lingkungan dapat memengaruhi namun para ilmuwan mulai menyelidiki epigenetik dari ayah. Pada 2013, seorang ahli epidemiologi molekuler di KU Leuven University of Belgia, Adelheid Soubry dan rekan-rekannya mempelajari 79 anak yang baru lahir. Mereka menemukan perbedaan epigenetik antara anak dengan ayah obesitas dan orang-orang dengan orang yang ramping.

Penelitian serupa dilakukan Dr. Barres dan rekan-rekannya. Pertama, mereka mengumpulkan sperma dari 10 pria obesitas dan 13 orang ramping di Denmark. Dan mereka menemukan banyak perbedaan epigenetik. Salah satu jenis faktor epigenetik yang ditempatkan pada DNA disebut metilasi. Dr. Barres dan rekan-rekannya menemukan lebih dari 9.000 gen dimana pola metilasi berbeda antara laki-laki kurus dan gemuk.

Kemudian para ilmuwan merekrut enam orang gemuk untuk melakukan operasi bariatrik. Dalam sebuah laporan yang diterbitkan dalam journal Cell Metabolism, Dr. Barres dan rekan-rekannya mengidentifikasi lebih dari 3.900 gen yang termetilasi berbeda setahun setelah operasi.

"Saya tidak mau berspekulasi apakah itu berdampak positif atau negatif pada generasi berikutnya," katanya. Tapi yang jelas, dia akan mencoba untuk melihat apakah ada sesuatu yang ditransmisikan melalui sperma.

Ilmuwan lain memiliki pandangan beragam tentang penelitian ini. Di satu sisi, mereka sepakat, peneliti menggunakan metode canggih untuk survei perbedaan epigenetik dalam sperma. Tapi mereka berhati-hati untuk menarik kesimpulan.

Seorang ahli epigenetik di Albert Einstein College of Medicine, Dr John M. Greally, mengatakan, kemungkinan sperma ayah terkait dengan obesitas pada anak mungkin benar. Namun yang disayangkan, studi ini melibatkan terlalu sedikit orang. 

"Sejujurnya, saya pikir banyak kekurangan dari penelitian ini," kata Dr Greally. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini