Sukses

Babi, Harapan Transplantasi di Masa Depan

Dengan manipulasi gen menurut teknik 'Crispr', babi dapat menjadi hewan pasokan utama transplantasi organ-organ tubuh pada manusia.

Liputan6.com, Washington, DC Dalam beberapa tahun terakhir ini, Crispr, suatu cara mengubah gen telah mengalami kemajuan pesat dan menjadi pembahasan dalam perhelatan para ilmuwan di National Academy of Sciences di Washington, DC.

Teknik penggantian gen tersebut telah semakin berdaya dan terjangkau sehingga para pakar terpaksa meminta pembatasan tentang segala sesuatu yang bisa dilakukan dengan cara itu, terutama urusan mengutak-atik janin manusia yang membawa perubahan kepada generasi-generasi berikutnya.

Dilaporkan dalam New York Times pada 15 Oktober 2015, di antara para ilmuwan itu terdapat Dr. George Church dari Sekolah Kedokteran Harvard. Ia adalah salah seorang pelopor teknik Crispr ini. Penjabarannya mengungkapkan temuan yang luar biasa.

Dalam eksperimen biasa, para ilmuwan menggunan Crispr untuk mengubah gen tunggal. Tapi, dalam percobaan menggunakan sel-sel babi, ilmuwan itu bersama dengan rekan-rekannya menggunakan Crispr untuk mengubah 62 gen sekaligus!

Para peneliti itu berharap suatu saat nanti mereka bisa memungkinkan penggunaan organ-organ babi untuk transplantasi pada manusia. Pertanyaan berikutnya terkait dengan pengubahan ciri manusia dengan sejumlah gen secara bersamaan.

Ron Weiss dari Massachusetts Institute of Technology, yang tidak terlibat dalam penelitian, melihat temuan itu sebagai sesuatu yang luar biasa tapi ia memperingatkan bahwa karya baru ini tidak begitu saja berarti kita mendadak bisa mengakali evolusi. Sejauh ini, Crispr belum memungkinkan para ilmuwan untuk melakukan manipulasi gen dalam skala besar.

2 dari 3 halaman

Alasan penelitian

George Church melakukan eksperimen ini karena kurangnya organ-organ untuk transplantasi. Ribuan orang meninggal dunia karena menunggu donor jantung, paru, dan hati.

“Kejam sekali, seseorang yang memerlukan transplantasi hati harus menunggu meninggalnya orang lain yang sehat secara mendadak,” kata David A. Dunn, seorang pakar transplantasi di State University of New York di kota Oswego.

Di tahun 1990-an, para peneliti menjajal kemungkinan penggunaan organ-organ babi pada manusia. Teknik ini dikenal dengan istilah xenotransplantation, dengan harapan organ babi dapat dibersihkan dari virus dan berbagi patogen lain yang dapat mengganggu manusia penerimanya.

Cara ini berjalan lancar hingga pada tahun 1998, ketika Jay Fishman dan rekan-rekannya mengungkapkan adanya risiko baru yang membingungkan yang malah terkait dengan gen bersifat viral dalam DNA hewan itu, yang lebih dikenal dengan endogenous retrovirus. Ternyata manusia juga memilikinya.

Versi virus yang ada dalam babi, disebut dengan PERV, dapat menghasilkan virus lengkap yang mampu menulari sel-sel babi lainnya. Ketika para peneliti mencampur sel babi dan sel manusia dalam cawan petri, mereka mendapati bahwa virus-virus dari babi itu juga menulari sel manusia.

Nampaknya ada kemungkinan untuk menyingkirkan PERV dari sel-sel babi, karena, kata Dr. Jay Fishman, “Mereka adalah bagian dari gen hewan tersebut.” Ia adalah wakil direktur pusat transplantasi di Massachusetts General Hospital.

Ia dan rekan-rekan peneliti lainnya sedang mencari cara-cara untuk mengatasi hambatan ini, namun belum berhasil. Pada 2013, mereka meminta Dr. George Church agar berkenan mengubah gen PERV ini supaya tidak lagi berbahaya baik bagi babi maupun manusia.

Dr. George Church setuju untuk mencobanya walaupun ia tidak yakin bisa berhasil karena upaya-upaya sebelumnya untuk melawan PERV tidak berhasil. Tapi, dengan cara Crispr, ternyata berhasil.

3 dari 3 halaman

Percobaan mengatasi PERV

Dalam eksperimen terkini, Dr. George Church dan rekan-rekannya memulai dengan memeriksa sel-sel babi untuk memastikan jumlah PERV dalam gen. Mereka mendapati ada 62 saja. Lalu ada terobosan berikutnya, yakni bahwa DNA dalam PERV ternyata identik di setiap virusnya karena berasal dari leluhur tunggal yang menyusup ke dalam gen babi di masa lampau.

Untuk membasmi virus itu, tim peneliti menciptakan serangkaian gen baru dan menanamnya dalam sel-sel babi. Gen itu menghasilkan enzim yang memburu PERV dan menendang DNA virusnya.

Setelah dua minggu, sel-sel babi yang mengalami modifikasi mengubah DNA virus mereka sendiri. Setelah percobaan, virus-virus dalam gen babi itu tidak aktif lagi. Kromosomnya juga tidak terganggu dan sel-sel itu tumbuh secara normal.

“Hasil ini mendekatkan kita kepada tujuan memiliki pasokan organ-organ babi yang tidak terbatas, aman, dan terandalkan, “ kata Dr. Dunn. Ia menduga, penelitian masa depan akan menghasilkan klon-klon babi yang bebas dari PERV dan menjadi babi jenis baru yang organ-organnya lebih aman untuk transplantasi pada manusia.

Lebih penting lagi, percobaan Dr. Dunn dan rekan-rekannya tidak mengubah 62 gen dengan 62 molekul Crispr yang berbeda. Cukup satu perubahan saja, padahal para ilmuwan telah mengetahui caranya mengganti hingga 6 gen secara bersamaan.

Dr. George Church dan rekan-rekannya mulai bereksperimen menggunakan cara Crispr untuk menekan risiko penolakan transplantasi oleh tubuh pasien. Percobaan dilakukan dengan mengutak-atik 25 gen yang terlibat dalam produksi molekul pada permukan sel-sel babi yang bertugas merangsang sistem kekebalan tubuh babi. Hasilnya belum diterbitkan. (Alx)

Selanjutnya: Alasan penelitian
Video Terkini