Sukses

Agar Cepat Hamil, Jangan Terlalu Sering Hubungan Intim

Berhubungan intim setiap hari bukan cara yang baik untuk segera hamil, malah mengurangi kesuburan pria.

Liputan6.com, Jakarta Seorang karyawati berusia 36 tahun, sudah menikah selama tujuh tahun tapi belum dikaruniai anak. Dia dan suami sudah periksa ke dokter, dan dinyatakan subur dan bisa hamil. Mereka pun berpikir, mungkin Tuhan memang belum mempercayai menjadi orangtua. Tapi menanti dan menanti terus, membuat mereka merasa tidak enak sebagai perempuan.

Rasanya iri kalau melihat wanita lain menggendong anak. Selain itu, sepertinya ada tuduhan, penyebab ketidakhamilan adalah badan si perempuan yang gemuk. Mereka sudah hubungan intim seminggu sekali, kadang dua kali sebulan. Kalau dulu, dua tahun pertama menikah, melakukannya setiap hari.

Pakar Seksologi dan Andrologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali Prof. Wimpie Pangkahila Sp.And memberi penjelasan terkait dengan persoalan perempuan ini. Prof. Wimpie menyebutkan salah satu tujuan orang menikah ialah ingin mempunyai anak. Tetapi ternyata tidak semua pasangan suami isteri dengan mudah mendapatkannya.

Sebagian pasangan suami isteri sulit mendapatkan anak karena sang isteri tak kunjung hamil, seperti dikeluhkan. Sebagian orang bahkan bukan hanya sulit melainkan tidak mungkin mempunyai anak, mengingat salah satu pihak atau kedua belah pihak, suami dan isteri, mengalami kemandulan karena sebab tertentu.

Dalam keadaan normal, bila melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi, maka kehamilan akan terjadi pada 60 persen pasangan dalam waktu enam bulan, 80 persen pasangan dalam waktu sembilan bulan, dan 85-90 persen pasangan dalam waktu satu tahun. Karena itu pasangan suami isteri yang telah melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi selama satu tahun tetapi sang isteri belum juga hamil, digolongkan sebagai kasus tidak subur atau infertil.

Ketidaksuburan atau infertilitas dapat disebabkan oleh gangguan pada suami (40 persen), gangguan pada isteri (40 persen), gangguan pada suami dan isteri (10 persen), dan tidak diketahui sebabnya (10 persen). Berbagai gangguan atau kelainan pada suami atau isteri dapat menyebabkan ketidaksuburan, bahkan menyebabkan kemandulan. Salah satu di antaranya ialah gangguan seksual, yang acapkali tidak disadari oleh yang bersangkutan, bahkan oleh dokter yang menangani pasangan yang ingin punya anak itu.

Termasuk dalam gangguan seksual ialah frekuensi yang tidak teratur, gangguan anatomik alat kelamin, dan gangguan fungsi seksual.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Frekuensi Hubungan

Frekuensi Hubungan

Kasus Adrian misalnya, ia sudah tiga tahun menikah, tetapi ternyata isterinya belum juga hamil.Pria berusia 35 tahun itu merasa heran mengapa isterinya belum juga hamil, padahal mereka mengaku hampir setiap hari melakukan hubungan seksual. Di pihak lain, ada Johnny, seorang pria berumur 30 tahun yang menikah setahun yang lalu.

Sampai saat ini sang isteri juga belum hamil. Bedanya, Johnny adalah seorang pelaut yang hanya mendarat dan menjumpai isterinya setiap enam bulan. Agar sang isteri hamil, mereka melakukan hubungan seksual setiap hari selama tiga bulan ketika Johnny berada di rumah. Adrian dan Johnny serta istri mereka merasa heran mengapa belum juga hamil, padahal hubungan seksual telah dilakukan cukup sering, bahkan setiap hari.

Bukankah agar cepat hamil hubungan seksual harus dilakukan seringkali? Apalagi si ibu yang mengeluh itu hanya seminggu sekali atau dua minggu sekali, walau telah tujuh tahun menikah. Demikianlah anggapan yang diyakini oleh banyak orang. Karena itu banyak orang merasa heran mengapa kehamilan tak kunjung tiba, padahal telah melakukan hubungan seksual secara sering.

Kehamilan hanya mungkin terjadi kalau ada pembuahan sel telur (wanita) oleh sel spermatozoa (pria). Maka kehadiran sel telur dan sel spermatozoa mutlak diperlukan agar terjadi kehamilan. Masalahnya, sel telur hanya dikeluarkan sebulan sekali pada saat subur wanita, sedang sel spermatozoa dikeluarkan setiap kali pria mencapai orgasme.

Kenyataan ini menunjukkan bahwa pria selalu siap menghamili, sedang wanita harus menunggu waktu sel telur dikeluarkan, yaitu sekali dalam sebulan. Ini juga berarti bahwa kehamilan tidak mungkin terjadi bila hubungan seksual dilakukan tidak pada saat subur wanita. Tetapi bukan berarti hubungan seksual yang dilakukan tepat pada masa subur wanita pasti menghasilkan kehamilan.

Kesuburan pria tentu sangat menentukan. Maka anggapan agar sering melakukan hubungan seksual supaya segera hamil, sebenarnya salah jika ditinjau dari sudut kesuburan pria.

3 dari 4 halaman

Volume Menurun

Volume Menurun

Dengan sering melakukan hubungan seksual, baik yang dilakukan oleh Adrian maupun Johnny, kesuburan pria justru berkurang karena sperma sering dikeluarkan.

Maka dapat dimengerti kalau kehamilan belum juga datang. Sperma yang normal mempunyai parameter sebagai berikut: volume 2-6 mililiter, pH 7,2-8, bau khas, warna kelabu pucat, 50 persen atau lebih bergerak maju, bentuk kepala 30 persen atau lebih oval, jumlah sel spermatozoa 20 juta per mililiter atau lebih, dan mengandung sel darah putih lebih sedikit dari 1 juta per mililiter. Di luar parameter normal tersebut, berarti sperma tidak normal.

Dalam keadaan tidak normal, bagian apa pun yang terganggu, berarti kesuburan terganggu. Lebih jauh ini berarti terjadi hambatan dalam membuahi sel telur. Kalau hubungan seksual dilakukan setiap hari, maka volumenya akan menurun, demikian juga konsentrasinya, sehingga tidak berada pada parameter normal seperti di atas. Akibatnya kehamilan tidak terjadi.

Ditinjau dari frekuensi hubungan seksual dalam kaitan dengan kesuburan pria, maka hubungan seksual antara 3-5 hari sekali cukup baik. Artinya, sperma yang dikeluarkan dalam waktu 3-5 hari setelah ejakulasi terakhir, mempunyai kualitas dan kuantitas paling baik, dibandingkan dengan lebih cepat atau lebih lambat dari waktu itu. Sebaliknya sperma yang dikeluarkan lebih cepat atau lebih lambat dari waktu itu, mempunyai kualitas dan kuantitas kurang baik.

4 dari 4 halaman

Pria di Atas

Pria di Atas

Pada umumnya posisi hubungan seksual yang baik agar terjadi kehamilan ialah posisi pria di atas. Dengan posisi ini, sperma yang dikeluarkan menumpuk pada sekitar mulut rahim untuk waktu yang cukup. Tetapi bila posisi mulut rahim tidak seperti pada umumnya, maka posisi hubungan seksual yang lain diperlukan.

Namun jika hubungan seksual yang dilakukan pada saat subur tidak juga menghasilkan kehamilan, maka diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui keadaan kesuburan pihak pria dan wanita, sekaligus mengetahui apa penyebabnya kalau terdapat gangguan kesuburan. Setelah itu baru dapat diberikan pengobatan yang tepat sesuai dengan penyebab.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.