Sukses

Meski Lumpuh Otak, Pria Ini Sukses Taklukan Gunung Kilimanjaro

Bonner Paddock (39) telah mengidap lumpuh otak atau cerebral palsy (CP) sejak usianya 11 tahun. Sejak itu, dia harus menahan rasa sakit di s

Liputan6.com, Jakarta Bonner Paddock (39) telah mengidap lumpuh otak atau cerebral palsy (CP) sejak usianya 11 tahun. Sejak itu, dia harus menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Tapi semuanya berubah saat dia berusia 20 tahun-an.

Pada 2008, ia memanjat gunung Kilimanjaro. Dia berdiri bebas diatas puncak gunung tertinggi di dunia itu, tanpa bantuan. Kemudian, pada 2012, ia menyelesaikan Kejuaraan Dunia Ironman. Prestasinya ini ia torehkan dalam bukunya, 'One More Step'.

Kisah hidup Paddock ini memang menarik perhatian lantaran tidak ada orang yang menyangka ia bisa melakukannya. Dalam bukunya, dia bahkan menceritakan bagaimana perjuangannya melawan penyakit.

"Berbagai diagnosa muncul. Mulai dari syringomyelia, suatu kondisi yang ditandai dengan penumpukan kista berisi cairan di sumsum tulang belakang hingga spastic diplegia CP, yang ditandai dengan ketidakmampuan otak untuk merespon sinyal tubuh. Hal ini membuat saya membenci dokter," katanya, seperti dikutip Foxnews, Rabu (1/4/2015).

Hingga akhirnya, Dr Arnold Starr dari University of California menyatakan kondisi CP yang dialaminya tidak seperti pasien lainnya. Dia masih bisa berjalan tanpa bantuan. Setelah melakukan terapi atau 11 bulan sebelum dia mendaki gunung Kilimanjaro, Paddock mencoba hiking di berbagai pegunungan di sekitar California. Dia pun berada dibawah pengawasan ahli bedah ortopedi anak di Rumah Sakit Anak Orange County, Aminian.

"Saya bertanya padanya, beberapa orang meninggal ketika mereka melakukan hal ini. Tapi dia berkata, saya tahu apa yang saya lakukan," ungkapnya.

Paddock mengatakan, dia hanya ingin menunjukkan pada pasien lain seperti dirinya kalau CP tidak membuat seseorang menyerah. Dia mengaku, risiko tinggi naik gunung bisa merugikan kesehatan sarafnya dan akibat terburuk bisa terjadi pembengkakan dan menghancurkan tengkoraknya. Tapi nyatanya, dia masih dilindungi alam.

"Setelah mencapai puncak Kilimanjaro, saya ingin lebih banyak mengumpulkan dana dan misi berikutnya adalah Tim Jake Global Challenge. Ini adalah ajang penghargaan yang tidak memadang siapapun termasuk penyandang disabilitas untuk mendaftar," jelasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.