Sukses

Kaleidoskop Health Maret: Tren Bullying di Kalangan Anak-anak

Bullying atau olok-olokan tidak dapat dengan mudah begitu saja dipisahkan dari kehidupan anak-anak di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Bullying atau olok-olokan tidak dapat dengan mudah begitu saja dipisahkan dari kehidupan anak-anak di Indonesia. Bahkan pada 2014 saja, 19 kasus bullying terjadi pada anak, dan kondisi itu sungguh sangat miris.

Bullying dalam bentuk ejekan, hinaan bisa berdampak pada masa depan seorang anak. Intimidasi dan penindasan yang dialami anak-anak akan terakumulasi sepanjang tahun dan memengaruhi mental serta fisiknya.

Para peneliti menemukan, remaja yang diintimidasi di masa lalu, saat ini cenderung memiliki kualitas hidup rendah dibandingkan yang sedikit mengalaminya atau tidak sama sekali.

Penulis menegaskan, dengan temuan ini dia menyarankan agar kita harus bisa menemukan cara dalam menghentikan bullying.

Pada masa lalu, ketika para peneliti mensurvei siswa pada satu titik tertentu, anak-anak dan remaja yang ditindas cenderung skornya rendah pada ukuran kesehatan fisik dan mental. Tapi, beberapa penelitian menyebutkan kemungkinan efek bullying terakumulasi selama bertahun-tahun seperti dituliskan dalam Jurnal Pediatrics.

Umumnya, siswa yang ditindas pada masa lalu nilai kesehatan fisik dan mentalnya lebih baik dibanding yang saat ini masih ditindas. Sedangkan remasa yang ditindas sepanjang karirnya mencetak skor yang terburuk.

Kesehatan mental yang buruk itu ciri-cirinya termasuk menjadi sedih, takut, dan marah. Kesehatan fisik yang buruk termasuk ketidakmampuan berjalan jauh dan tak mampu mengangkut benda berat.

"Saya pikir salah satu kuncinya adalah setiap orang dewasa yang berhubungan dengan anak-anak (harus) tahu tanda-tanda bullying," kata Laura Bogart, dari Rumah Sakit Anak Boston.

Berikut fakta tentang bullying:

1. Kasus bullying sudah ada sejak di pendidikan usia dini

2. Bully kata jauh lebih sulit untuk disembuhkan ketimbangkan bully fisik.

"Bullying yang sampai luka fisik mungkin masih bisa dicari buktinya. Tapi bagi anak, bullying kata itu bisa lebih bahaya karena sulit sekali pihak sekolah mencari kebenarannya. Selain itu, anak jarang ada yang mau mengaku pada orangtua atau guru. Jadinya anak yang jadi korban bully cenderung diam dan dikhawatirkan memiliki rasa dendam hingga dewasa," kata Sekretaris KPAI, Maria Advianti

3. Bullying berdampak pada perkembangan seorang anak.

4. Pemberian edukasi akan bahaya bullying sangat diperlukan.

5. Dari ke tahun kasus bullying mengalami peningkatan.

6. KPAI meminta kepada pihak sekolah untuk melibatkan orangtua untuk mencegah terhadap bullying di sekolah.

7. Bullying dan bercanda hampir sulit dibedakan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.