Sukses

Karena Nafsu Binatang Lahirlah Bayi Berwujud Kera

Kisah Sri Rama dan lahirnya Hanuman juga menggambarkan sucinya persenggamaan

Liputan6.com, Jakarta Setelah Kisah Abiyasa dan Pandhu diurai, ada kisah lain dalam pewayangan yang menggambarkan betapa sucinya persenggamaan manusia itu. Dalam Hikayat Sri Rama, dikisahkan bahwa setelah Rama diberitahu ayahnya Prabu Dasarata bahwa negeri Mandupurinegara (Ayodya) harus diberikan pada Raden Bradana (Bharata) adik lain ibu Sri Rama, maka Sri Rama dan Dewi Shinta harus segera meninggalkan istanadiikuti adinya dan para pengiring.

Setelah bertahun-tahun mengembara, sampailah mereka di suatu hutan bernama Daliman (rimba seribu bungan kehidupan). Di hutan ini tinggal seorang reshi bernama Mahareshi Astana yang sakti dan bijaksana sekali.

Ketika Rama bertemu dengannya, ditanyailah maksud kepergian Rama. Rama pun menjawab ingin mengembara karena tahta telah diserahkan ke adiknya. Mahareshi bersedia menjaga keselamatan Sri Rama dan rombongan dan minta tinggal bersama di hutan Daliman, Namun Rama menolah dan melakukan perjalanan.

Setelah pergi, Laksamana, adik Rama bertanya pada reshi tentang isyarat atau ilafat 'menjaga keselamatan Sri Rama'. Reshi menjawab makna ilafat pada Laksmana sambil berpesan jika kelak Laksmana sampai di sebuah rimbaya bernama Kala Sehari Bunting (Kala Misani = saat senggama sekali jadi) ada dua buah k olam. Kolam berair keruh dan berair jernih.

Jika Laksmana akan mandi atau minum agar mandi di kolam berair keruh, karena air jernih justru membuat wujudnya menjadi binatang dan bertingkah seperti binatang. Kalau mau berubah menjadi manusia harus mandi di kolam air keruh.

Setelah menyusul Rama, sampailah rombongan Sri Rama di hutan Kala Misani. Lelah dan haus membuat Rama menyuruh Laksmana mencair air minum. Saat Laksamana pergi, bertenggerlah burung gagak di pohon yang meneduhi Sri Rama dan Dewi Shinta. Suara yang parau membuat Sang Dewi terganggu hingga mengajak Rama pergi dari tempat berteduh menyusul Laksmana.

Laksmana akhir menemui kolam dan dia segera mengambil air di kolam air keruh seperti petunjuk Mahareshi Astana. Namun, saat Sri Rama dan Shinta sampai di kolam mereka begitu bernafsu melihatnya jernihnya air hingga terjun ke kolam.

Laksmana berteriak mengingatkan, tapi tak dihiraukan. Takdir tak dapat dicegah, Sri Rama dan Dewi Shinta berubah wujud menjadi kera hingga akhirnya bersanggama di kolam air jernih itu.

Melihat kejadian itu, Laksmana segera melepas kenditnya (ikat pinggang dari kain yang panjang) untuk menjerat Sri Rama pada kakinya lalu melemparkan keduanya ke kolam berair keruh hingga keduanya menjadi manusia kembali.

Sri Rama yang sadar kembali berterima kasih atas bantuan Laksmana dan sadar bahwa mereka berdua telah menghasilkan seorang anak berwujud kera.

Sri Rama pun minta inang pengasuhnya agar memijit isi rahim Shinta hingga keluar manikam (manikem = air mani) yang keluar dari garba (kandungan ) Shinta, dibungkus dengan daun budi dan diberikan pada angin bernama Bayu Bata (bata= prajurit angin). Sri Rama minta bantuan Bayu Bata untuk memasukkan manikam dalam mulut Dewi Anjani yang sedang bertapa dengan cara mengangakan mulutnya di laut lepas.

Rama juga mengatakan bahwa kelak jika anak itu lahir akan diakuinya sebagai anak. Akhirnya manikam dibawa Bayu Bata ke laut lepas dan dimasukkan ke mulut Anjani. Anjani mengatupkann mulutnya dan hamillah ia. Ketika lahir, bayi itu berwujud kera laki-laki yang beranting-anting dan diberi nama Hanuman.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bibit Kawit

Bibit Kawit
Dari kisah ni dapat dipetik ilafating wiji (pertanda sifat benih) atau yang disebut bibit kawit (asal mula terjadi), karena awal terjadinya sesuatu :

1. Hutan Daliman Maharesh Astana dan ilafat 'menjaga keselamatan Sri Rama' adalah sebuah perlambang (simbol) untuk menguji Sri Rama. Hutan Daliman bermakna hutan seribu bunga kehidupan. Siapa pun yang mau tinggal di situ akan bahagia sepanjang hidup. Sedangkan nama Mahareshi Astana bermakna pendeta utama istana, penasihat raja dan akan membuat sejahtera istana dan kerajaan sehingga bila Sri Rama bersedia tinggal di hutan Daliman, akan hidup bahagia. Sayang, Sri Rama menolak.

2. Hutan Kala Sehari Bunting dalam bahasa Jawa disebut hutan Kala Misani atau senggama sekali jadi bunting. Bahkan dalam wayang purwa ada yang disebut aji "Rajah Kala Misani" yakni ilmu tentang cara menurunkan raja-raja (generasi unggul) dengan cara memahami 'saat atau kesempatan' penentu bersatunya bibit lelaki (mani) dengan telur wanita yang berkualitas unggul. Namun takdir bagi Rama dan Shinta, justru saat berubah menjadi kera bibit unggul yang mereka hasilkan juga berwujud kera mesti jiwanya mulia, bersih, sakti, dan satria. Padahal saat terakhir pun Rama dan Shinta sudah diingatkan Laksmana. Demikian juga dengan pralambang burung gagak yang menjadi simbol bahaya. Keduanya tidak menangkap ilafat (isyarat) itu.

Kisah ini jelas bisa menjadi cermin untuk manusia zaman kini. Bahkan Rasulullah pun pernah bersabda: "Jangan ada di antaramu yang mengampiri istrinya (suaminya) seperti binatang." Jelas, peringatan ini bermakna simbolik yang kemudian dipaparkan jelas dalam kisah wayang oleh para leluhur Jawa zaman dahulu.

Kisah Ramayana ini menggambarkan dengan jelas arti kata bibit, bebet, bobot yang diajarkan secara tradisional oleh para leluhur Jawa. Kisah ini menggambarkan kaitan langsung mental seoran anak dengan ibunya. Bahwa ibu (juga ayah) sangat berperan dalam kelahiran anak yang berkualitas baik jasmani maupun rohani.

Kondisi pertumbuhan anak dalam kandungan ibu terkait erat dengan kondisi jasmani ibunya. Demikian juga kondisi kejiwaan calon anak terkait erat dengan kondisi kejiwaan sang ibu. Apa yang menjadi panggraitaning batin (terpikir dalam hati/isi hati) orang tuanya saat saresmi akan emngalir memenuhi prabawa (keluhuran budi) dan mengandung muatan-muatan 'arah gerak pikir dan rasa' orang tua terutama ibu akan menurun pada anak dan berpengaruh langsung pada anak kandungnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini