Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Penis Bengkok Akibat Sering Masturbasi?

Pria ini sampai takut menikah karena penisnya bengkok. Lagipula sekarang air maninya tidak banyak dan encer, suatu istilah yang tidak ilmiah

Liputan6.com, Jakarta Seorang pria berusia 32 tahun, belum menikah curhat. Dia mengalami kelainan alat kelamin dan gangguan seksual.
Dari dulu sampai sekarang masih sering melakukan masturbasi. Hal ini sudah berlangsung mungkin lebih dari sepuluh tahun. Sekarang alat kelaminnya tidak lurus atau bengkok ke kiri, bengkokannya sekitar 30-an derajat lebih.

Dia gelisah dan bingung lalu bertanya, aApakah ini terjadi karena sering melakukan masturbasi? Mungkinkah kebiasaan memakai celana dalam ketat yang menyebabkan pembengkokan?
Apakah ini akan memengaruhi ketika melakukan hubungan badan (misalnya istri merasa sakit karena miring)? Apa yang harus dilakukan?

Dia bercerita, ingat waktu dulu sering terangsang ketika melihat wanita yang seksi. Sekarang, jangankan melihat wanita seksi, mungkin menonton BF pun belum tentu terangsang. Apakah ini terjadi karena masturbasi yang dilakukan? Air mani juga tidak banyak dan encer. Apakah ada kemungkinan jika kawin nanti bisa punya anak? Pria ini takut sekali. Karena itu sampai sekarang saya masih belum kawin.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mitos masturbasi



Dalam sebuah kesempatan, Ahli Andrologi dan Seksologi dari Universitas Udayana, Denpasar, Bali pernah mengungkapkan bahwa mitos mengenai masturbasi masih kuat memengaruhi persepsi masyarakat. Padahal, informasi yang benar tentang masturbasi cukup sering disampaikan melalui berbagai kesempatan.
Masih banyak orang yang beranggapan salah tentang masturbasi.

Banyak orang beranggapan bahwa masturbasi dapat menimbulkan akibat antara lain menjadi mandul, gangguan ereksi, tulang keropos, dan memori terganggu.
Yang benar, masturbasi tidak menimbulkan akibat buruk apa pun secara fisik. Pendapat ini didasarkan pada banyak penelitian yang telah lama dilakukan.
Memang pada abad ke-18 pernah beredar buku yang menguraikan berbagai penyakit akibat masturbasi. Buku itu cukup menggemparkan, bukan hanya pada waktu itu, tetapi hingga untuk waktu yang lama.

Namun, setelah banyak penelitian yang dilakukan dengan benar, terbukti dengan jelas bahwa masturbasi tidak menimbulkan akibat buruk apapun secara psikis.
Bagaimana dengan akibat psikis? Akibat psikis, seperti perasaan bersalah, dapat timbul bila yang bersangkutan menganggap aktivitas melakukan masturbasi merupakan perbuatan dosa. Meski begitu, kalau yang bersangkutan tidak menganggap itu suatu dosa atau kesalahan, tidak akan muncul akibat psikis. Jadi akibat psikis yang mungkin muncul sangat bersifat subjektif.  


Aktivitas masturbasi sebenarnya telah dilakukan oleh setiap manusia pada masa anak-anak, baik wanita maupun pria. Dalam perkembangan psikoseksual setiap manusia, ada suatu fase ketika anak-anak senang memegang-megang kelaminnya.
Bahkan, sebagian anak dapat mencapai orgasme. Sesungguhnya ini adalah suatu bentuk masturbasi, seperti yang dilakukan remaja dan dewasa. Bedanya, pada masa anak-anak masturbasi tidak direncanakan.

3 dari 3 halaman

Tidak ilmiah




Encer = Tidak Ilmiah

Mengenai persoalan penis yang bengkok ke kiri, Prof. Wimpie berani pastikan itu bukan akibat melakukan masturbasi. Penis normal memang tidak harus lurus benar ke arah depan, terutama pada saat ereksi. Keadaan bengkok normal ini umum terjadi dan tidak menimbulkan keluhan dan masalah apa pun.
Namun, ada juga keadaan tidak normal yang mengakibatkan penis menjadi bengkok dan terasa sakit khususnya ketika ereksi. Akibatnya hubungan seksual terganggu, bahkan terhambat. Gangguan ini terjadi pada penyakit Peyronie.   

Soal sperma yang disebut tidak banyak dan encer, tampaknya merupakan anggapan yang tidak berdasar juga. Masalahnya, kata Wimpie, si pria itu tidak mengetahui seberapa banyak yang disebut normal. Apalagi tidak ada istilah encer atau tidak encer.


"Saya yakin istilah ini didapatkan karena membaca iklan pengobatan yang tidak ilmiah, yang memang kerap menyebut sperma encer, yang tidak jelas apa artinya. Jadi saya harap si pria ini tidak terobsesi dengan sperma yang 'tidak banyak dan encer' itu. Kalau tidak, akan bingung dan stres sendiri. Padahal, mungkin tidak ada sesuatu gangguan yang terjadi pada sperma. Untuk memastikan tentu diperlukan pemeriksaan sperma."katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini