Sukses

Ilmuwan Kembangkan Pankreas Buatan untuk Diabetesi

Alat yang sekilas mirip dengan iPod, akan diikat ke dalam pakaian pasien dengan monitor kecil dan pompa yang dipasang di kulit si pasien.

Liputan6.com, London Agar ribuan diabetesi hidup normal tanpa harus melakukan suntikan insulin secara rutin, peneliti di London, Inggris, menciptakan pankreas buatan. Sekilas, alat ini mirip iPod dan akan diikat ke dalam pakaian pasien dengan monitor kecil dan pompa yang dipasang di kulit si pasien.

Kerja alat ini pun sederhana, akan terus memantau gula darah pasien yang kemudian memberikan arahan pada pasien agar senantiasa berada pada tingkat gula darah yang normal.

Dalam praktiknya untuk pertama kali, sebanyak 24 pasien di Inggris dengan diabetes tipe 1, diberi perangkat ini dan diwajibkan untuk terus memakainya selama di rumah, dan menghindar untuk menyuntikan insulin. Sedangkan untuk pasien dengan diabetes tipe 2, di mana tubuh tidak menghasilkan cukup insulin atau tidak menggunakan alat ini dengan benar, 14 persen pasien harus tetap menerima suntikan insulin, meski sudah menggunakan alat ini.

Karena kenaikan angka penyandang obesitas yang terus menerus meningkat, diperkirakan lima juta warga Inggris akan menyandang diabetes dalam sepuluh tahun ke depan, dan mayoritas adalah diabetes tipe 2.

Peneliti terkemuka dari Cambridge University yang melakukan studi ini mengatakan bahwa pankreas buatan tersebut juga bermanfaat bagi pasien dengan diabetes tipe 2.

Tapi, para peneliti masih terus melakukan uji coba terhadap studi yang telah diterbitkan di Lancet Diabetes and Endocrinology Journal. Mereka juga berencana melakukan uji coba dengan skala yang jauh lebih besar, dan akan melibatkan lebih banyak pasien yang diberi pankreas buatan dan dimonitor dalam kurun waktu yang lebih lama.

Jika uji coba ini sukses, alat ini akan digunakan secara rutin oleh NHS. Namun untuk harga dari alat berukuran kecil ini, para peneliti belum dapat mematoknya. Untuk alat serupa yang sudah digunakan di Amerika, kemungkinan akan dibanderol dengan harga 5.000 Poundsterling (Rp 99 juta)

"Keuntungan dari sistem seperti ini adalah kemampuan untuk memperhitungkan variasi dalam kebutuhan insulin semalam," kata Dr Roman Hovorka, Penulis Utama Studi ini, seperti dikutip Daily Mail, Senin (16/6/2014)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.