Sukses

Virus Ebola Menyebar di Afrika, Kemkes Siaga

Meskipun belum masuk wilayah Asia, perkembangan virus ebola terus dipantau oleh Kementerian Kesehatan hingga saat ini.

Liputan6.com, Jakarta Meskipun belum masuk wilayah Asia, perkembangan virus ebola terus dipantau oleh Kementerian Kesehatan hingga saat ini. Seperti disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, Kementerian Kesehatan memantau perkembangan virus tersebut melalui tiga hal, yaitu:

1. Mekanisme International Health Regulation (2005) yang National Focal Point-nya adalah Prof Tjandra

2. ‎Komunikasi langsung dengan Outbreak Center di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang selalu kirim update secara berkala

3. Mengamati perkembangan penyakit pada kasus-kasus di Afrika

Menurut Prof Tjandra, penyebaran Penyakit Virus Ebola (EVD) terus meningkat di Afrika Barat (Guinea, Liberia, Sierra Leone) dan atas konfirmasi, suspek EVD saat ini dilaporkan dari Guinea, Liberia, dan berpotensi menyebar ke Sierra Leone (Barat Afrika).

"Per 31 Maret 2014, Kementerian Kesehatan Guinea melaporkan 122 kasus klinis EVD dengan 80 kematian. Kasus tersebar di beberapa wilayah, yaitu Conakry (11 kasus), Guekedo (77 kasus), Macenta (23 kasus), Kissidougou (8 kasus), dan 3 kasus dari Dabola dan Djingaraye," kata Prof Tjandra dalam keterangan tertulis kepada Liputan6.com, Jumat (4/4/2014).

Dari jumlah tersebut, Tjandra menuturkan, 24 kasus diantaranya masih dalam konfirmasi lab dengan uji PCR atau Polymerase Chain Reaction (13 kasus meninggal dunia) dan 98 lainnya adalah kasus probable (67 kasus meninggal dunia).

"Saat ini masih dilakukan investigasi kasus dan pencarian kontak kasus. Tercatat 400 orang kontak dalam pengawasan medis. Penguatan pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan juga menjadi intervensi prioritas di samping upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perlindungan diri untuk mencegah penyebaran virus, termasuk cuci tangan, cara merawat orang sakit secara aman di masyarakat, pemakaian alat pelindung diri saat bersentuhan dengan benda yang berpotensi terkontaminasi darah dan cairan tubuh orang sakit atau saat melakukan pembersihan lingkungan dan disinfeksi, serta cara pemakaman yang aman," jelas Tjandra.

Sebelumnya, penyakit virus ebola adalah demam berdarah viral yang paling mematikan bagi manusia. Virus Ebola pertama kali diidentifikasi di Provinsi Sudan Barat dan di wilayah terdekat dari Zaire pada tahun 1976. Ada 5 spesies virus ebola, yaitu Bundibugyo, Pantai Gading,Reston, Sudan dan Zaïre. Spesies Bundibugyo, Sudan, dan Zaire. Wilayah ini juga dikaitkan dalam wabah besar virus ebola di Afrika yang menyebabkan kematian pada 25-90 persen kasus klinis.

Virus Ebola ditularkan melalui kontak langsung dengan darah,cairan tubuh, dan jaringan orang yang terinfeksi. Penularan virus Ebola juga telah terjadi pada hewan liar yang terinfeksi sakit atau mati seperti simpanse, gorila, monyet, antelop hutan serta kelelawar buah.

Kasus EVD dapat menimbulkan dampak serius terhadap kesehatan masyarakat karena berpotensi menyebar dan memiliki angka kematian hingga 90 persen. Sebab itu penyakit ini menjadi salah satu penyakit yang mendapatkan perhatian khusus dalam International Health Regulations (IHR) 2005.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.