Sukses

Kurikulum Kesehatan Reproduksi Tak Sama dengan Pendidikan Seks

Masyarakat masih mengidentikan kurikulum kesehatan reproduksi dengan pendidikan seks, padahal hal itu tidak melulu soal pendidikan seks.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Prof. dr Fasli Jalal, PhD, SpGK, menyayangkan kurikulum reproduksi masih diidentikan dengan pendidikan seks.

"Kurikulum kesehatan reproduksi yang kami usulkan sering diidentikan dengan pendidikan seks, masyarakat menilai BKKBN mengajarkan remaja untuk melakukan hubungan seks, itu kendalanya. Padahal ini tidak melulu soal pendidikan seks, remaja butuh tahu tentang apa saja yang terdapat dalam tubuh mereka," kata Fasli menjelaskan, ditulis Senin (25/11/2013).

Fasli menambahkan pendidikan kesehatan reproduksi memiliki bagian yang luas, mulai dari pengenalan pada tubuhnya, hal-hal yang membahayakan bagi badan dan organ reproduksinya, dan bagaimana mencegah agar remaja tidak jatuh pada perilaku tidak baik/negatif yang bertentangan dengan moral dan agama, misalnya melakukan seks bebas dan memakai narkoba.

"Kurikulum kesehatan reproduksi ini justru bisa membantu remaja menentukan kapan mereka sebaiknya mempunyai anak pertama, serta kapan mereka bisa mempunyai karir yang lebih leluasa. Rencana menjadi kata kuncinya. Remaja sebaiknya rencanakan masa depannya dengan baik. Sebenarnya masalah remaja bisa dihindari, tapi karena tidak bisa direncanakan jadi tidak sesuai. Semakin penting saja kurikulum ini," ujarnya.

Sampai saat ini kurikulum reproduksi masih dalam tahap proses, "Yang kita harapkan, kurikulum ini akan membuat setiap anak Indonesia menjadi anak-anak yang berkualitas. Remaja adalah masa depan bangsa yang harus membanggakan, karena itu sejak remaja mereka diajak bagaimana merencanakan masa depannya. Mulai dari pendidikan sampai pada bagaimana menjadi calon pemimpin keluarga dan pemimpin bangsa di masa depan. Mereka diharapkan matang baik secara fisik, psikologis, juga sosial ekonomi," kata Fasli.
 
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN, Dr. Sudibyo Alomoeso, MA, mengatakan kurikulum reproduksi masih belum mendapat resposn positif dari kementerian pendidikan.

"Kami sudah berusaha, namun belum ada respons positif dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memasukan pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja ke dalam kurikulum pendidikan," katanya.

(Mia/Abd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini