Sukses

Karena Belum Aksesi FCTC, Indonesia Jadi `Tempat Sampah Rokok`

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan sangat penting bagi Indonesia untuk mengakses Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan sangat penting bagi Indonesia untuk mengakses Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau atau Framework Convention  on Tobacco Control (FCTC) dalam kampanye antirokok yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
   
"Ada yang khawatir, kalau kita aksesi FCTC, kita akan didikte oleh luar negeri. Ini tidak benar. Justru dengan menjadi bagian dari dunia, kita bisa memberikan masukan-masukan yang lebih positif kepada penanggulangan antirokok ini di dunia dan juga kita tidak akan jadi sasaran pasar rokok seperti sekarang," papar Menkes di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Selasa (1/10/2013).
    
Tanpa mengaksesi FCTC, Menkes mengkhawatirkan gempuran produk rokok dari negara lain yang saat ini disebutnya telah mulai gencar.
    
"Jadi karena sudah ditolak di seluruh negara (yang telah mengaksesi FCTC), Indonesia jadi ’tempat sampah’. Sekarang semua lari ke Indonesia dan kita tidak aksesi," ujar Menkes.
    
Nafsiah juga menegaskan bahwa FCTC bukanlah milik negara tertentu karena penyusunannya juga melibatkan delegasi dari negara-negara lain termasuk Indonesia.
   
Keputusan mengenai FCTC itu disebut Menkes diterima oleh World Health Assembly dan seluruh anggota WHO termasuk Indonesia secara aklamasi.
    
Kekhawatiran lain yang muncul, lanjut Menkes, adalah adanya panduan di FCTC bagi para negara yang telah mengaksesi untuk diikuti, namun Menkes mengatakan bahwa panduan itu hanya sekedar rekomendasi.
    
"Ini hanya sebagai petunjuk, rekomendasi untuk membantu negara-negara anggota bagaimana melakukan penanggulangan epidemi ini secara bersama-sama. Hanya rekomendasi, tidak mengikat secara hukum," papar Menkes.
    
FCTC itu juga ditegaskan Menkes tidak melarang petani untuk menanam tembakau seperti dugaan beberapa pihak.
    
"Kami sampaikan tidak pernah melarang petani tembakau, tetapi kita mengharapkan petani tembakau menjadi lebih sejahtera. Jadi kalaupun mau dipertahankan sebagai petani tembakau, agar mutunya ditingkatkan sehingga bisa diekspor," ujar Menkes.
    
Peningkatan mutu itu penting karena pasar dalam negeri saja saat ini hampir separuhnya, atau sekitar 47 persen diisi oleh tembakau impor.
    
"Oleh karena itu, kita katakan lebih baik mereka (petani tembakau) beralih ke tumbuhan lain yang lebih menguntungkan. Kalau di Indonesia, saya pikir kalau ditanam bawang merah, cabai, kedelai, akan lebih menguntungan," kata Menkes.

(Abd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini