Sukses

`Happy Five`, Berbahaya Namun Tidak Mematikan

Penggunaan Happy Five berlebihan atau tidak sesuai resep dokter memang akan berpengaruh pada organ vital tetapi tidak menyebabkan kematian.

Penyalahgunaan psikotropika di Indonesia kerap dilakukan para pecandu untuk kesenangan atau berharap dapat menghilangkan kecemasan yang sedang dialami.
 
Pemakaian Psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan dan pembatasan pejabat kesehatan dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk, tidak saja menyebabkan ketergantungan bahkan juga menimbulkan berbagai macam penyakit serta kelainan fisik maupun psikis si pemakai.

Namun menurut Mantan Direktur Pengawasan NAPZA BPOM dan Psikiater, dr. Danardi psikotropika jenis Happy Five yang termasuk ke dalam golongan IV ini tidak sampai menimbulkan kematian walaupun pecandu mengonsumsi dengan dosis berlebih.

"Sampai saat ini belum ada data yang menyebutkan seseorang pecandu happy five meninggal, kalaupun dia banyak konsumsi itu akan sempoyongan," jelasnya saat diwawancarai Liputan6.com, Kamis (19/9/2013).

Produk Jepang ini bila digunakan secara berlebihan mengakibatkan kehilangan kesadaran, gangguan pandangan dan pikiran, sulit berbicara, bergerak dan koordinasi fungsi tubuh, hilang ingatan dan konsentrasi.

Psikotropika jenis ini menyebabkan penggunanya rileks, mengantuk, teler, dan selalu ingin tidur. Bahan ini berbahaya, apalagi bila dikonsumsi oleh anak-anak atau orang lanjut usia.

Bagi tubuh bisa merusak hati dan ginjal. Gejala ketagihan bagi pengguna dapat berupa kecemasan dan perasaan gelisah, insomnia atau sulit tidur, mual, muntah, denyut nadi cepat, keringat berlebihan, gemetar dan kram perut, kebingungan mental, gangguan syaraf.

"Penggunaan berlebihan atau tidak sesuai resep dokter memang akan berpengaruh pada organ vital tetapi tidak menyebabkan kematian," paparnya.

Happy Five atau Erimin 5 berisi kandungan Nimetazepam yang merupakan hipnotik-sedatif yang digunakan untuk menurunkan efek cemas bersifat menidurkan.

"Adanya kandungan nimetazepan yang digunakan sebagai anti cemas itu memang banyak digunakan terapis untuk pengobatan namun sesuai dengan dosis," ungkapnya.


(Mia/Abd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini