Sukses

37 Persen Remaja Indonesia Terbiasa Merokok

Berdasarkan survei yang dilakukan salah satu lembaga diketahui bahwa 37 persen pelajar di Indonesia dilaporkan biasa merokok.

Direktur Eksekutif Lentera Anak Indonesia Jakarta Hery Chariansyah mengatakan berdasarkan survei yang dilakukan salah satu lembaga diketahui bahwa 37 persen pelajar di Indonesia dilaporkan biasa merokok.

"Di Indonesia rokok dijual dan dipromosikan secara gampang. Jadi, tidak heran jika 37 persen pelajar di Indonesia dilaporkan biasa merokok," katanya saat "workshop" partisipasi pelajar dan mahasiswa dalam pengendalian dampak rokok seperti dikutip dari Antara, Jumat (30/8/2013).
     
Ia mengatakan bahwa jumlah masyarakat Indonesia yang merokok tergolong tinggi, bahkan keempat terbesar di dunia setelah China, Amerika Serikat, dan Rusia.    

Bahkan, untuk kalangan pelajar saja, diketahui bahwa enam dari 10 di antara mereka terpapar asap rokok selama di rumah dan lebih mengejutkan lagi, ada tiga di antara 10 pelajar tersebut  menyatakan pertama kali merokok pada umur di bawah 10 tahun.
     
Padahal, kata dia, secara jelas sudah diketahui bahwa dampak asap rokok bagi anak jelas memengaruhi tumbuh kembang anak dan akan menimbulkan penyakit infeksi saluran napas bagian bawah sehingga anak sering batuk dan pilek, penyakit asma, penyakit teliga tengah, kelambatan pertumbuhan dan menurunnya fungsi paru.

Untuk itu, diimbau kepada semua guru sebaiknya tidak merokok, apalagi saat memberikan materi pelajaran bagi siswanya. Jika dilakukan, tentu siswa secara tidak langsung akan meniru perilaku buruk guru untuk merokok.
     
"Mengingat tingginya jumlah perokok, sudah sangat perlu adanya regulasi dalam pengendalian dampak rokok," katanya.
     
Sementara itu, Koordinator Pengendalian Tembakau Yayasan Pusaka Indonesia O.K. Syahputra Harianda mengatakan bahwa remaja perlu dilibatkan dalam upaya pengendalian dampak rokok.
     
Semua pihak, kata dia, harus menyadari bahwa remaja dalam hal ini merupakan korban dari eksploitasi industri rokok, bahkan berupaya menjadikan remaja sebagai target pasar perokok pemula.
     
"Dengan terlibatnya mereka dalam upaya pengendalian dampak rokok, diharapkan remaja mampu berfikir secara cerdas untuk melakukan budaya hidup sehat sehingga ke depan Indonesia memiliki generasi penerus bangsa yang lebih produktif," katanya.

(Abd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.