Sukses

Koma, 'Tidur' Panjang yang Mengancam Nyawa

Koma terjadi akibat gangguan otak dan menyebabkan penderitanya 'tertidur' dalam waktu lama.

Koma terjadi akibat adanya gangguan pada otak dan menyebabkan penderitanya 'tertidur' dalam waktu yang lama. Pada kasus ini, 'tidur' tidak memberikan efek yang menyenangkan, namun malah memberikan ketakutan tersendiri. Sebab, penyakit ini dapat berujung pada kematian. Berikut penjelasan lengkap mengenai penyakit koma seperti dilansir Mayo Clinic, Jumat (23/8/2013):

Deskripsi
Koma merupakan sebuah keadaan di mana seseorang tidak sadarkan diri dalam waktu yang relatif lama. Hal ini terjadi karena adanya gangguan pada kepala. Selain itu, beberapa hal lain, seperti riwayat penyakit tertentu dan penggunaan obat atau alkohol turut meningkatkan risiko dari penyakit ini.

Umumnya, seseorang akan mengalami koma selama beberapa minggu dan jarang lebih dari itu. Namun, ada pula yang mengalami koma hingga waktu berbulan-bulan. Jika hal itu terjadi, kemungkinan untuk meninggal dunia lebih besar. Koma merupakaan keadaan darurat medis. Oleh karena itu, sangat diperlukan untuk melakukan pengobatan dengan cepat guna memulihkan fungsi otak dan mempertahankan hidup.

Bila penderita berhasil sembuh dari penyakit ini, mereka mungkin mengalami kecacatan dalam beberapa hal. Pengobatan yang lambat akan menyebabkan penderita mengalami komplikasi selama koma, seperti infeksi pada kandung kemih, tekanan pada luka, dan masalah lainnya.

Gejala
Tanda dan gejala yang umumnya dialami oleh orang yang mengalami koma, antara lain:
• Mata tertutup
• Pupil mata tidak menanggapi cahaya
• Tidak ada tanggapan dari anggota badan, termasuk ketika diberikan rangsangan yang menyakitkan, kecuali untuk gerakan refleks
• Pola napas tidak teratur

Penyebab
Ada beberapa hal yang dapat membuat Anda mengalami koma, seperti:
• Stroke. Penyakit stroke akan mengganggu suplai darah ke otak. Akibatnya, otak akan kekurangan darah. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal, seperti pembuluh darah tersumbat atau bahkan pecah. Bila tidak segera ditangani, penyakit ini dapat mengarah pada risiko koma.
• Diabetes. Penyakit diabetes menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi terlalu tinggi (hiperglikemia) dan bisa juga menjadi terlalu rendah (hipoglikemia). Hal ini dapat menimbulkan penyakit stroke atau bahkan koma.
• Tumor. Tumor pada otak atau batang otak dapat menyebabkan koma.
• Cedera pada otak. Tabrakan lalu lintas atau tindak kekerasan adalah penyebab umum dari koma. Sebab, kedua hal tersebut sangat berpotensi mengakibatkan cedera pada kepala bahkan otak.
• Kurangnya kadar oksigen. Penyakit jantung ataupun hal lain yang mungkin mengakibatkan kadar oksigen dalam otak berkurang berpotensi mengarah ke risiko koma.
• Infeksi. Infeksi seperti ensefalitis dan meningitis akan menyebabkan pembengkakan (inflamasi) pada otak, sumsum tulang belakang, atau pada jaringan yang mengelilingi otak. Bila infeksi tersebut sudah pada tahapan yang parah, hal itu dapat merusak otak dan kemudian menyebabkan koma.
• Kejang. Jika seseorang sering mengalami kejang, jangan sepelekan hal itu. Sebab, kejang dapat menyebabkan koma.
• Racun. Sering terkena paparan racun, seperti karbon monoksida atau timbal, dapat menyebabkan otak menjadi rusak dan hal itu mengarah pada koma.
• Obat-obatan dan alkohol. Penggunaan obat atau alkohol dengan dosis yang berlebihan dapat menyebabkan koma.

Pengobatan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengobatan untuk penderita koma harus dilakukan dengan cepat. Penanganan yang cepat dan tepat dapat menyelamatkan nyawa Anda. Biasanya, dokter akan melakukan beberapa jenis pemeriksaan untuk menentukan apa yang menyebabkan koma sehingga pilihan pengobatan yang dapat ditentukan dengan tepat. Berikut jenis pemeriksaan yang biasanya dilakukan oleh dokter:

1. Pemeriksaan fisik
Awalnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan kemudian meminta informasi dari keluarga dan rekan-rekan terdekat dari pasien. Biasanya dokter akan meminta rincian tentang kejadian yang dialami oleh pasien, seperti riwayat kesehatan, penggunaan obat-obatan dan narkoba, tanda dan gejala sebelum mengalami koma, dan lain sebagainya.

Setelah itu, dokter akan memeriksa gerakan dari pasien dan ukuran dari pupil matanya. Dokter juga akan memeriksa pola pernapasan dari si pasien di mana hal itu dapat membantunya untuk mendiagnosa penyebab koma. Tak hanya itu saja, dokter mungkin akan menyemprotkan air es dingin atau hangat ke bagian telinga pasien untuk mengamati reaksi mata.

2. Tes laboratorium
• Tes darah
Dokter akan mengambil sampel darah pasien untuk menghitung sel darah dengan lengkap, mengukur kadar elektrolit, glukosa, tiroid, dan melihat fungsi hati. Dengan melakukan jenis pemeriksaan ini, dokter dapat melihat apakah pasien mengalami keracunan karbon monoksida atau overdosis dari penggunaan obat-obatan dan narkoba.

• Tes pencitraan
Jenis pemeriksaan ini dilakukan untuk membantu dokter melihat apakah ada area pada otak yang mengalami cedera. Berikut beberapa jenis tes pencitraan yang biasanya dilakukan oleh dokter:

1. Computerized tomography (CT) scan
Pada pemeriksaan ini, dokter menggunakan serangkaian sinar-X untuk membuat gambaran rinci dari otak pasien. CT scan dapat menunjukkan apakah pasien mengalami pendarahan pada otak, tumor, stroke, atau kondisi lain yang menyebabkan koma.

2. Magnetic resonance imaging (MRI)
MRI menggunakan gelombang radio dan medan magnet yang kuat untuk memberikan tampilan rinci dari otak. MRI dapat mendeteksi apakah otak mengalami kerusakan akibat stroke, pendarahan otak, dan kondisi lain. Selain itu, MRI juga sangat berguna untuk memeriksa batang otak dan struktur otak bagian dalam.

3. Electroencephalography (EEG)
Jenis pemeriksaan ini digunakan untuk mengukur aktivitas listrik di dalam otak. Dokter akan menggunakan elektroda berukuran kecil dan ditempelkan pada kulit kepala si pasien. Kemudian, dokter mengirimkan arus listrik bertegangan rendah melalui elektroda tersebut. Impuls listrik dalam otak kemudian direkam. Dengan begitu, dokter dapat mengetahui apakah koma yang dialami pasien diakibatkan oleh kejang.

Selain melakukan pemeriksaan seperti di atas, dokter mungkin akan memberikan ketukan pada tulang belakang si pasien (pungsi lumbal). Selama melakukan prosedur ini, dokter akan memasukkan jarum kecil ke kanal tulang belakang dan mengumpulkan sejumlah kecil cairan untuk analisis. Dengan melakukan hal itu, dokter dapat melihat tanda-tanda infeksi pada sistem saraf.

Setelah melakukan pemeriksaan, dokter tetap menjaga pernapasan (respirasi) dan pola sirkulasi dari pasien. Dokter mungkin akan memberikan bantuan pernapasan, transfusi darah, dan perawatan suportif lainnya. Tak hanya dokter saja, personil darurat juga akan membantu dokter untuk mengatur glukosa atau antibiotik intravena.

Hal ini mungkin akan dilakukan walaupun laboratorium belum memberikan hasil dari tes darah pasien. Pilihan pengobatan untuk koma sangatlah bervariasi di mana hal ini bergantung pada penyebab koma itu sendiri. Jika penyakit koma yang dialami pasien merupakan hasil dari overdosis obat, dokter akan memberikan obat untuk mengatasi kondisi tersebut.

Namun, jika koma diakibatkan oleh kejang, dokter akan memberikan obat untuk mengontrol kejang terlebih dahulu. Selain itu, dokter juga akan merekomendasikan kepada penderita koma untuk melakukan pengobatan lain, seperti terapi, untuk mempercepat pemulihan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini