Sukses

Berkat Unair, Vaksin Flu H5N1 Siap Diproduksi

Unair merupakan satu-satunya universitas di Indonesia yang meneliti flu burung, karena itu Wapres memberi apresiasi dua kali ke Unair

Satu lagi karya monumental dari Unair adalah vaksin Flu Burung. "Pil KB pria dari tanaman Gandarusa itu merupakan sumbangsih Unair untuk bangsa yang ke sekian kalinya, karena kami sebelumnya telah menyerahkan bakal vaksin untuk Flu Burung kepada pemerintah," kata Wakil Rektor Unair Prof Achmad Syahrani.

Kendati belum jelas produksinya, Unair sudah menyerahkan "seed vaccine" (bakal vaksin) yang masih ganas kepada Wapres Boediono pada tahun 2009 dan "seed vaccine" yang jinak diserahkan kepada Menko Kesra pada 21 Agustus 2011.

"Unair merupakan satu-satunya universitas di Indonesia yang meneliti flu burung, karena itu Wapres memberi apresiasi sampai dua kali ke Unair," kata Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono di sela-sela peresmian "Health Sains Center" di Unair Surabaya, Minggu (21/8).

Oleh karena itu, Menko Kesra mengungkapkan bahwa penyerahan "seed vaccine" H5N1 yang dinamai "A/Indonesia/Unair/2005" itu menandai kesiapan Indonesia dalam memproduksi vaksin H5N1 (flu burung).
     
Menurut Menko Kesra, produksi "seed vaccine" untuk manusia itu sekarang bergantung kepada PT Bio Farma. "Yang jelas, apa yang dihasilkan Unair itu merupakan kebanggaan, karena kita tidak tergantung lagi kepada luar negeri," katanya.

Lebih dari itu, katanya, produksi di dalam negeri itu berarti vaksin H5N1 itu akan lebih murah dan ketersediaan bahan dasarnya juga ada jaminan.
     
Oleh karena itu, Menko Kesra berharap PT Bio Farma segera mewujudkan seed vaccine itu menjadi vaksin H5N1 untuk manusia secepatnya, sehingga bukannya PT Bio Farma mengembalikan ke Unair lagi.
    
Selain itu, sampel dari hasil penelitian Unair itu hendaknya juga tidak dibawa ke luar negeri, karena hasilnya perlu dimanfaatkan untuk bangsa sendiri, apalagi peralatan, gedung, dan sumber daya peneliti sudah dimiliki Indonesia.
     
Ya, Unair mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri itu dengan karya monumental berupa vaksin Flu Burung. "Kami melakukan penelitian H5N1 sejak ada pasien flu burung yang meninggal dunia di Bogor pada tahun 2005," kata peneliti Flu Burung dari Unair Dr C.A. Nidom.

Ia menegaskan bahwa hasil penelitian itu sebenarnya tuntas dalam enam bulan, tapi virus yang menjadi materi penelitian itu masih harus menunggu dari Kemenkes, sehingga prosesnya agak lama.

Namun, katanya, pihaknya sudah menyerahkan "seed vaccine" ganas kepada Wapres Boediono pada tahun 2009 dan "seed vaccine" yang jinak kepada Menko Kesra pada 21 Agustus 2011.

"Bagi Unair, penelitian yang dibiayai Bio Farma itu mengandung dua keuntungan yakni kami mampu membuat seed vaccine dan kami akhirnya memiliki 10 orang peneliti yang merupakan peneliti penyakit tropis yang potensial, karena usia mereka di bawah 35 tahun," ucapnya.

Dengan dua keuntungan itu, katanya, pihaknya bersama PT Bio Farma akan siap menghadapi pandemi flu burung atau penyakit tropis lainnya seperti malaria, tuberkolosis, dan sebagainya hanya dalam 2-3 bulan.

"Kalau ada pandemi dan kami mendapat tugas dari pemerintah, maka kami siap meneliti dalam waktu satu bulan dan PT Bio Farma akan memproduksinya dalam 1-2 bulan, sehingga semuanya akan teratasi dalam 2-3 bulan," katanya, menegaskan.

Agaknya, pil KB khusus pria dari tanaman Gandarusa asal pedalaman Papua dan vaksin Flu Burung merupakan "kado istimewa" dari Unair untuk HUT ke-68 Kemerdekaan RI, meski implementasinya masih belum terwujud pada tahun ini, namun sejarah sudah dicatat.

(Abd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.