Sukses

Tujuan Sebenarnya Berpuasa, Apa Itu?

Ibadah puasa Ramadhan yang tengah dijalani umat Muslim, tidak sekadar menahan lapar dan haus, tetapi lebih dari itu

Ibadah puasa Ramadhan yang tengah dijalani umat Muslim, tidak sekadar menahan lapar dan haus, tetapi lebih dari itu, merupakan  anugerah besar dari Allah SWT untuk menempa diri menuju karakter muslim sejati.    

Puasa di bulan Ramadhan menurut Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU, HM Cholil Nafis Lc.PhD, seperti dikutip dari Antara, Selasa (30/7/2013) merupakan ibadah yang sangat istimewa, karena puasa adalah ibadah hamba Allah SWT yang sepesial untuk Sang Pencipta.
    
Puasa katanya bahkan pula menjadi spesial kepada Allah karena keintiman seoarang hamba dengan Sang Penyayang. Dan hanya ibadah puasa satu-satunya ibadah yang meninggalkan yang halal dan nikmat demi mendekatkan diri kepada Allah SWT.

"Balasan ibadah puasa spesial dari Allah bisa berlipat-ganda lebih dari sepuluh kali lipat dan di dalamnya terdapat bonus Laitul Qadar yang pahalanya melebihi amalan seribu bulan," katanya.

Menurut HM Cholil Nafis, ketika Nabi Adam A.S. turun ke bumi, dia telah diperintahkan oleh Allah SWT untuk melakukan ibadah puasa. Dalam sebuah riwayat, Nabi Adam melakukan ibadah puasa putih, yaitu tiap tanggal 13, 14 dan 15.

Disebut puasa putih karena pada tanggal itu tampak malam yang putih terang dengan sinar bulan. Saat itu Nabi Daud A.S. pun melakukan ibadah puasa setengah tahun dengan cara puasa sehari dan berbuka sehari dalam setahun. Nabi Musa A.S. melakukan puasa selam 40 hari termasuk puasa `Asyura’ (tanggal 10 Muharram).
    
Termasuk kata HM Cholil Nafis, Siti Maryam saat mengandung Nabi Isa a.s. melakukan puasa dengan cara tidak bicara kepada siapa pun kecuali dengan cara isyarat selama tiga hari.

Demikian juga Nabi Muhammad saw. melakukan puasa `Asyura  dan Tasyu’a (tanggal 9 Muharram) sebelum Allah SWT mewajibkan puasa Ramadhan sebulan penuh.

Hal ini menunjukkan bahwa ibadah puasa adalah ibadah seluruh umat manusia sedangkan ibadah puasa di bulan Ramadhan adalah penyempurna dari ibadah puasa umat terdahulu, seperti ditegaskan oleh Allah SWT dalam firmannya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa". (Al-Baqarah: 183).

Ayat tesebut menjelaskan bahwa tujuan puasa adalah untuk meraih takwa. Karena adakalanya orang berpuasa bukan karena Allah SWT tetapi untuk tujuan duniawi, seperti kesaktian, diet untuk kesehatan, perdukunan dan tujuan lainnya.

Takwa dapat diraih melalui sikap dalam menjalani puasa, karena puasa tidak cukup hanya dengan menahan makan, minum dan seks tetapi juga sikap dan prilaku yang baik.
    
Nabi Muhammad SAW bersabada: "Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan keji, maka Allah tidak mempunyai keperluan apa pun kepada hamba-Nya untuk meninggalkan makan dan minumnya". HR. Bukhari.

Bahkan sikap berpuasa harus ditunjukkan saat seseorang mendapat ancaman dan makian dari orang lain maka hendaknya bisa menahan diri dan tetap berkata "saya sedang menjalankan ibadah puasa".

Dengan demikian, puasa adalah kebutuhan umat manusia untuk senantiasa tetap menjadi manusia secara fisik dan rohani, sekaligus untuk menjalin keintiman antara hamba dengan Sang Maha Pencipta, sehingga manusia meraih takwa dalam beriman dan ber Islam.  

Hal serupa juga dikemukakan oleh Toni Ervianto, alumnus pascasarjana Kajian Strategik Intelijen, Universitas Indonesia dalam pandangan terhadap Ramadhan dan Persoalan Krusial Bangsa melalui Tribunners, Citizen Journalism.
    
Menurut dia, ibadah puasa antara lain berfungsi ¿me-recharge¿ sifat-sifat kemanusiaan untuk tetap berjalan ke arah yang benar.  
    
Introspeksi diri

Hakikat berpuasa di bulan Ramadan sebenarnya mengajarkan umat manusia khususnya umat Islam untuk introspeksi, tenggang rasa dan menahan amarah atau emosi, katanya.

Bahkan, ibadah puasa merupakan perpaduan alat ukur yang sempurna untuk mengetahui seberapa besar "intellectual quotion, emotional quotion dan spiritual quotion" manusia dalam menghadapi hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang plural dengan dinamika perkembangannya yang bergerak cepat.
    
Dia menyebut Ramadhan tahun ini penuh keprihatinan karena dua hal, yakni penaikan harga bahan bakar minyak, serta melonjaknya permintaan akan kebutuhan pokok.

Wakil Ketua MPR Melani Leimena Suharli menyebut bulan suci Ramadhan merupakan momentun untuk saling berbagi terhadap masyarakat yang tidak mampu dan tergolong miskin.  

"Umat Islam yang mampu pasti akan lebih peduli kepada masyarakat miskin dan mereka yang sangat membutuhkan uluran tangan. Inilah kesempatan terbaik untuk saling berbagi," katanya.

Puasa Ramadan yang setiap tahun dijalani umat Islam selama satu bulan penuh, dengan menahan lapar dan dahaga, selain menjalankan perintah agama, juga merupakan latihan mental menahan berbagai nafsu yang tidak terpuji, dan sekaligus kesempatan untuk berbagai kepada mereka yang tidak beruntung.

Namun demikian, Melani mengimbau masyarakat yang cukup mampu, untuk tidak hanya pada bulan Ramadhan saja membantu sesama, melainkan sepanjang bulan.

"Sikap gotong royong dan peduli pada mereka yang membutuhkan bantuan, dan memperkuat tali ikatan masyarakat, adalah salah satu ajaran Islam," kata Melani.

(Abd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini