Sukses

Ringankan Derita Anak dengan Asuhan Paliatif

Obat-obatan bukanlah satu-satunya untuk mengatasi penyakit kronis. Dukungan psikologis juga bisa menjadi pilihan pengobatan.

Obat-obatan bukanlah satu-satunya cara yang dapat diberikan bagi seseorang yang mengalami penyakit kronis. Dukungan psikologis ternyata juga bisa menjadi pilihan pengobatan. Ya, hal ini dapat dilakukan dengan asuhan paliatif.

Mungkin istilah ini masih terdengar asing bagi banyak orang. Namun, di Indonesia ada beberapa organisasi yang sudah memberikan pelayanan ini, salah satunya Yayasan Rumah Rachel (YRC). Pelayanan mereka difokuskan kepada anak-anak penderita kanker dan HIV/AIDS kronis, menjelang ajal.

"Memang masih banyak jenis penyakit lain yang mematikan. Namun, bila kita bandingkan, angka pengidap penyakit kanker dan HIV relatif tinggi di Indonesia. Jadi, kita lebih fokus untuk menangani kasus-kasus tersebut," jelas Nurhanita, Program Manager Yayasan Rumah Rachel, saat diwawancarai di PT Novartis Indonesia, Selasa (16/7/2013).

Tak hanya dukungan psikologis saja yang diberikan, YRC juga melakukan pengelolaan terhadap nyeri, gejala, dan luka yang pasti dialami oleh para pasiennya. Selain itu, mereka juga memberikan konsultasi nutrisi. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengedukasi dan memberdayakan anggota keluarga agar mampu memberikan pengobatan secara mandiri.

Namun, perlu diingat, asuhan paliatif tidak menjamin penderitanya bebas dari penyakit dan bisa hidup dengan normal. Seperti yang dikatakan oleh Susi Susilawati, selaku perawat di YRC, bahwa teknik asuhan ini tidak bertujuan untuk memaksa penderitanya agar bisa bertahan hidup, melainkan hanya untuk memberikan kenyamanan kepada mereka ketika menjelang ajal.

"Asuhan paliatif lebih mementingkan kualitas hidup dari pasiennya sebelum menjelang kematian. Bila si anak mendapatkan asuhan paliatif, proses menjelang ajal menjadi lebih berkualitas. Ketika meninggal, si anak tidak kembali merasakan nyeri dan setelah mendapatkan edukasi pihak keluarga mungkin lebih bisa menerima kepergian dari si anak," lanjut Rina Wahyuni yang sama-sama berprofesi menjadi perawat di YRC.

Namun, tak semuanya berakhir dengan kematian. Kondisi dari beberapa orang juga mampu distabilkan oleh asuhan paliatif. Hal ini memungkinkan penderitanya untuk hidup dengan rentan waktu yang lebih lama.

"Kita pernah menangani anak yang mengidap HIV pada tahap AIDS dan menjelang ajal. Ketika asuhan paliatif diberikan, infeksi yang ditimbulkan akibat virus HIV dapat ditangani. Sehingga kondisi anak itu dapat stabil dan ia dapat bertahan hidup 3 sampai 10 tahun dari diagnosa dokter sebelumnya," ungkap Rina.

Maka dari itu, tak ada salahnya untuk melakukan dan memberikan edukasi tentang asuhan paliatif kepada semua pihak. Semakin banyak yang mengetahuinya, semakin banyak pula jiwa yang dapat ditolong.

(Mel)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.