Sukses

Biaya Obati Stroke Lebih Besar dari Jantung, Asuransi Pilihannya

karena penderita Stroke yang akhirnya cacat seumur hidup, keluarga dari penderita harus siap sedia menyediakan biaya yang tak murah.

Dari 3 jenis penyakit pembunuh yang paling ditakuti, stroke berada di posisi teratas sebagai penyakit paling menakutkan. Selain itu, stroke adalah penyakit pembunuh nomor 3 di dunia, yang menjadikan cacat sebagai penyebab utamanya.

Menurut Spesialis Saraf dari Rumah Sakit Premier Jatinegara, dr. Sukono Djojoatmodjo, Sp. S., karena tak akan asing lagi melihat penderita stroke yang akhirnya cacat seumur hidup, keluarga dari penderita harus siap sedia menyediakan biaya yang tak murah.

"Penderita stroke cacat, siapa yang menanggung cacat itu? Pasien? Bukan, yang menanggung adalah keluarganya. Ongkos untuk penyakit stroke itu mahal," terang dr. Sukono, dalam acara Peluncuran Produk Sun Medical Executive (SunMED), Selasa (25/6/2013)

Selanjutnya Sukono menjelaskan, di Amerika sendiri, 3 bulan setelah seseorang terkena serangan Stroke tersebut, harus mengeluarkan biaya setidaknya ratusan juta rupiah. "Ya, biayanya sekitar US$ 15 ribu atau sekitar Rp 150 juta. Yang lebih berat bahkan bisa sampai US$ 45 ribu atau sekitar Rp 450 juta," jelas Sukono.

Kurang lebih, itulah dampak finansial yang dihasilkan apabila ada seseorang yang terkena Stroke. Stroke sampai hari ini masih menjadi penyakit yang membawa kecacatan tertinggi, hingga ke depannya membutuhkan biaya yang sangat mahal.

"Jadi, selalu ada momok bahwa stroke itu sedapat mungkin harus ditanggulangi sebaik mungkin, sehingga cacatnya menjadi sangat minim," terangnya.

Bila disuruh memilih penyakit mana yang hendak kita diderita, secara otomatis kita menolak untuk mendapatkan penyakit itu. Tapi sayangnya, mau nggak mau kenyataannya akan terkena. "Jadi, menurut saya pribadi, harus disiap-siapin secara finansial, mau tak mau," ungkapnya.

Sukono lalu mencontohkan mengapa stroke menjadi penyakit yang secara finansial sangat merugikan. Kalau penyakit jantung, tambah Sukono, cukup dipasang stent seharga Rp 100 juta sampai 200 juta-an.

"Pasang alat tersebut, pilihan cuma 2, yaitu mati karena tak tertolong atau hidup. Begitu hidup, 2 sampai 3 hari setelah itu bisa bekerja lagi. Uang kembali lagi. stroke? Jarang terjadi," katanya.

Apalagi kalau yang terkena stroke tersebut adalah kepala rumah tangga, yang sudah tentu dampaknya sangat besar sekali untuk finansial keluarga. "Makanya itu, stroke yang menderita bukan hanya pasien, tapi juga keluarga," jelasnya.

"Ini jauh lebih besar biayanya daripada penyakit jantung. Kalau dihitung dari biaya pun jauh. Orang kena serangan Jantung, kambuhnya kadang-kadang. Selesai kambuh, bisa cari uang lagi. stroke? Nggak bisa!," terangnya.

Asuransi Stroke

Untuk itu, ketika PT Sun Life Financial Indonesia (Sun Life) meluncurkan layanan perlindungan terbaru, yaitu Sun Medical Executive (SunMED), yang menjawab kebutuhan nasabah untuk melindungi dirinya dari biaya rumah sakit yang tidak terduga, disambut baik oleh dokter berkacamata tersebut.

"Sudah sangat tepat dan pantas PT Sun Life Finacial melalui SunMED mengusung 3 penyakit besar tersebut. Stroke merupakan prevensi yang harus diutamakan betul pembiayaannya," tutupnya.

(Adt/Igw/*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Asuransi merupakan sebuah layanan yang menawarkan penggantian atas risiko kerugian yang mungkin terjadi akibat peristiwa yang tak terduga.

    Asuransi

  • Kanker merupakan penyakit yang dapat menyerang seluruh bagian tubuh.

    Kanker

  • Stroke adalah kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.

    Stroke

  • Jantung