Sukses

Kisah Pilu Jenny Rachman yang 11 Tahun Terpaksa Pisah dengan Anak

Artis senior Jenny Rachman pernah mengalami masa-masa berat ketika terpaksa harus berpisah dengan anaknya selama 11 tahun.

Artis senior Jenny Rachman selalu terlihat semangat dalam menjalani hidup. Ternyata ia pernah mengalami masa-masa berat dalam hidupnya ketika terpaksa harus berpisah dengan anaknya yang berumur 5 tahun selama 11 tahun.

Jenny menceritakan bagaimana perihnya seorang ibu yang begitu menyayangi anaknya yang dipaksa berpisah selama belasan tahun. "Makanya sekarang kalau saya melihat ada yang rebutan anak saya suka sedih, ingat keterpurukan saya dulu," ujar Jenny saat berbincang dengan redaksi Liputan6.com, Senin (24/6/2013).

"Ketika tahun 1992 ketok palu pengadilan berbunyi dan hak asuh diberikan pada ayahnya, saya seutuhnya hanya tinggal selongsong jiwa yang tidak lagi memiliki penyangga. Rapuh. Saya seperti perempuan yang tidak ada gunanya lagi, baik sebagai wanita, apalagi sebagai ibu," kata Jenny seperti dikutip dalam bukunya 'Jejak bain Jenny Rachman- Kutemukan Ridhonya'.

Hari-hari setelah itu, Jenny mengaku benar-benar menjadi muara kesedihan. Segala macam rasa yang mengarah pada depresi, dialaminya. Rasa marah, sedih, kecewa, sepi menciptakan tekanan yang sangat menyiksa batinnya.

"Saya merosot ke titik nol dan merasakan frustasi yang sangat parah," cerita Jenny mengenang masa-masa muramnya.

Untuk mengatasi persoalannya, Jenny menyibukkan diri dan mendekatkan diri pada Allah SWT. Ia memilih membunuh waktu dengan bekerja keras.

"Saya berterimakasih pada Mas Tommy Soeharto yang saat itu memberikan simpati dan memberikan kesempatan untuk bergabung di PT Humpuss dan Sirkuit Sentul sebagai Direktur Komersial," ujar Jenny.

Jenny mengaku saat itu ia berada di lingkungan kerja yang kuat karena hampir semua rekan kerjanya adalah  pria yang memiliki etos kerja sangat keras dan kuat. Namun diakuinya meski pekerjaannya sangat sibuk, perasaan pilu dan kesedihan mendalam begitu mencengkeram perasaannya akan kehilangan sang buah hati satu-satunya.

"Kalau sudah begitu saya menutup pintu ruang kerja lalu masuk ke kolong meja dengan sekotak tisyu di tangan dan menangis sepuas-puasnya," ujarnya.

Kondisi terpukul dan terpuruk itu dialami Jenny selama 8 bulan. Rekan kerjanya tidak pernah tahu kalau sebelum rapat atau meninjau lokasi atau memberikan presentasi dirinya baru selesai nangis di kolong meja. "Saya membiarkan kesedihan itu ditelan sendiri tanpa ada yang tahu".

Dengan mencoba ikhlas menjalani hidup tanpa anaknya, Jenny yakin suatu saat akan bertemu lagi dengan putrinya, Ayu Sekarini Prakoso yang lahir tahun 1987. Buah hati Yeni dengan suami keduanya.  

Baru tahun 2002 atau 15 tahun lebih setelah berpisah, Jenny boleh bertemu dengan anaknya. Pertemuan di sebuah coffee shop hotel bintang empat di Kebayoran Baru yang membuatnya nervous.

Jenny mengaku saat itu begitu senang bisa melepaskan kerinduan yang mendalam ke anak tunggalnya yang sudah menjadi remaja. Pertemuan itu menurut Jenny sangat kaku, karena Ayu lebih banyak diamnya. Tapi Jenny maklum belasan tahun tidak bertemu ibunya, tentu saja membuat si anak sulit untuk langsung melebur ke ibunya. Pelan tapi pasti dan perlu kesabaran waktu, suatu ketika akhirnya kebekuan sikap Ayu mulai mencair.

"Kini saya dan Ayu adalah sepasang ibu dan anak yang sangat hangat. Kami saling mencium, menggigit, bercanda, bertengkar, berdebat dan mencintai dengan penuh," kata Jenny yang sekarang telah menikah dengan pria bernama Supradjarto sejak 18 April 2008.  

Ayu yang harus menghadapi konflik perceraian orangtuanya ketika berusia 4,5 tahun kini menjadi gadis yang mandiri. Ayu yang lama sekolah di Amerika saat ini tengah sekolah lagi menempuh S-2 nya di Paris. Menurut Jenny, putrinya mempercayakan kepada dirinya atas keputusannya menjadi caleg Partai Demokrat No.4 Dapil II Jakarta (Jakarta Pusat, Selatan dan Luar Negeri).

"Ayu cuma bilang, Mama jangan capek-capek ya," pungkas Jenny yang mengaku hidupnya sekarang penuh ketenangan karena selalu bersikap Ikhlas. (Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.