Sukses

Dibanding Wanita, Pria Paling Kerap Terserang Stroke

Stroke bisa menyerang siapa saja. Namun, kaum pria ternyata yang paling besar risikonya terkena stroke dibanding wanita.

Stroke bisa menyerang siapa saja. Namun, kaum pria ternyata yang paling besar risikonya terkena stroke dibanding wanita. Tak hanya itu, seseorang yang orangtuanya menderita stroke berisiko dua kali lebih besar terkena stroke juga.

Demikian disampaikan Neurologist & Interventional Neurologist, Dr Fritz Sumantri Usman SpS, FINS, saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Senin (24/6/2013).

"Kita harus tahu faktor risiko stroke. Ada yang bisa dimodifikasi dan ada yang tak bisa dimodifikasi," kata dokter yang sehari-hari berpraktik di RS Fatmawati itu.

Ia menjelaskan, untuk faktor yang bisa dimodifikasi itu antara lain adalah penyakit pembuluh darah di otak, penyempitan pembuluh darah, malformasi arteri-vena (AVM), aneurisma (semacam bisul di otak), hipertensi, merokok, kencing manis, kadar kolesterol yang tinggi, dan kegemukan.

"Yang tidak bisa dimodifikasi itu seperti usia. Semakin tua risiko semakin tinggi. Juga jenis kelamin, laki-laki lebih besar risiko terkena stroke. Dan di Indonesia risiko stroke lebih besar. Begitu juga dengan keturunan. Kalau orangtua pernah kena stroke, maka berisiko dua kali lebih besar, serta kelainan enzim," jelas Dr Fritz.

Efek Kelumpuhan dari Stroke

Dr Fritz mengatakan, stroke itu dibagi menjadi dua jenis. Yakni, stroke pendarahan dan stroke penyempitan. Baik stroke pendarahan maupun penyempitan bisa menyebabkan kematian.

"Efek double serangan stroke terburuk bisa meninggal. Tapi yang lainnya, otak jadi bersilangan dengan tubuh. Kalau otak kiri yang diserang, yang lumpuh yang kanan. Kalau kanan, tubuh yang lumpuh kanan," jelasnya.

Biasanya, lanjut Dr Fritz, pasien yang otak kirinya terserang stroke bisa mengalami gejala aphasia, yakni kesulitan berbicara. Gejala itu juga dibagi menjadi dua, sensorik dan motorik.

"Kalau motorik jadi tidak bisa ngomong. Kalau sensorik, tidak bisa mengerti dengan ucapan yang disampaikannya".

Untuk pasien yang otak kirinya terserang, menurut Dr Fritz, biasanya jadi lebih mudah lupa karena gudang memori ada di sana. Tapi ini untuk orang yang normal dan hasilnya akan berbeda lagi dengan yang kidal.

"Kalau otak kanan biasanya kehilangan fungsi kognitif. Kalau yang kidal kebalikannya," jelasnya.

(Mel/*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini