Sukses

Obati Kesepian dengan Seks, Seyi Sudah Tiduri 370 Pria

Ketergantungan dengan seks ia rasakan ketika berusia 17 tahun. Total pria yang sudah ditidurinya hingga sekarang adalah 370 orang.

Tak hanya narkoba dan alkohol yang bisa membuat orang kecanduan. Seks juga bisa melakukan hal yang sama. Seyi Kolade mengaku kecanduan seksnya itu membuatnya sudah meniduri 370 pria selama 12 tahun lebih.

Seyi akan merasa kurang percaya diri jika tak bisa berhubungan seks. Selain itu, ia merasa jelek dan frustasi. Namun seks bisa mengobati kesepiannya dan membuat dirinya merasa lega.

Wanita berusia 35 tahun itu sudah mengenal seks sedak berusia 13 tahun. Keperawanannya direnggut kekasihnya di usianya yang masih belia.

"Saya kehilangan keperawanan saya ketika saya berusia 13 tahun dengan pacar pertama saya," kata Seyi seperti dikutip TheSun, Senin (24/6/2013).

Dan ketergantungan dengan seks ia rasakan ketika berusia 17 tahun. Saat berusia 19 tahun saja, ia sudah meniduri 40 pria. Dan yang cukup mengagetkan, total pria yang sudah ditidurinya hingga sekarang adalah 370 orang.

Kecanduannya itu membuatnya mengalami infeksi menular seks dan diusir dari rumahnya. Namun, ia baru mencari bantuan pada usia 30 tahun.

"Kecanduan seks merupakan sesuatu yang orang asosiasikan dengan laki-laki, tapi saya mengalaminya selama lebih dari 13 tahun".

"Ini seperti kecanduan lainnya. Itu membuat saya egois, merusak diri sendiri dan depresi, tapi saya tak bisa melarikan diri".

Masa remaja Seyi terbilang penuh cobaan. Ia menjadi seorang ibu ketika berumur 14 tahun. Pelayanan sosial yang merawat anaknya Sarah dari usia enam minggu. Baginya, menjadi ibu di usia muda menyisakan luka di masa kanak-kanak.

"Saya pindah dari rumah ketika saya berusia 16 tahun dengan Sarah dan tinggal di unit ibu dan bayi. Saya merasa sangat kesepian. Saya mendambakan kasih sayang, saya sangat menderita. "

Hapus Sepi dengan Seks

Pada usia 17 tahun, Seyi bertemu dengan kekasihnya Paul yang berusia 31 tahun. Ia mulai menggantikan kesepiannya itu dengan seks.

"Ketika saya mulai berhubungan seks dengan pacar saya, saya pikir itu jawabannya dan akan menghentikan saya merasa sangat kesepian. Tapi itu tidak cukup".

Akhirnya, wanita dar Birmingham itu pergi ke bar untuk mengobati kekosongannya.  Satu hal di pikiran Seyi saat mengobrol dengan orang asing hanyalah seks.

Ia menyelingkuhi Paul setidaknya seminggu sekali dengan pria yang akan ditemuinya secara teratur.

"Saya butuh seks dan setelah itu lega. Ketika saya tak bisa berhubungan seks, kepercayaan diri saya akan menurun, saya merasa jelek, marah, dan frustasi".

Seyi kembali hamil ketika berusia 17 tahun. "Saya bilang ke Paul, meski ada keraguan dalam pikiran saya. Setelah saya melahirkan, saya mencoba untuk setia. Saya ingin seksnya dengannya empat sampai lima kali sehari, tapi perhatian dari dia tidak cukup".

"Ketika frustasi seksual terpendam terlalu banyak, saya pergi ke tempat lain dan melakukan seks".

"Saya mengkhianati dia tiga kali dalam enam bulan, lalu hamil lagi".

Karena merasa tak bisa merawat anak, Seyi memutuskan tak melahirkan bayi lagi. "Tak adil memiliki anak. Saya tak tahu bayi siapa jadi saya tak memberitahu Paul. Saya ingin hubungan kita berlanjut tapi kami berpisah ketika saya berusia 19 tahun.

Patah hati yang dirasakan Seyi ternyata membuat kecanduan seksnya semakin liar. Satu-satunya obat untuk kesepian adalah seks.

"Saya punya lima orang yang bisa saya temui untuk berhubungan seks ketika saya inginkan dan juga tidur dengan orang asing. Saya akan pergi ke bar dan dengan mudah memilih satu. Menjadi baik di tempat tidur membuat saya merasa berharga".

Ketika berusia 22 tahun, Seyi sudah dua kali kena klamidia. Ia hampir setiap malam menitipkan anak-anaknya ke teman dan keluarganya demi seks.

"Antara usia 22 sampai 30 tahun, hidup terasa kabur, kecanduan mengambil alih".

"Saya tidur dengan lima sampai enam orang, atau bertemu orang asing untuk seks di bar setiap minggunya. Saya hamil lagi di usia 26 tahun. Saya merasa tak punya pilihan melakukan penghentian. Saya mabuk dan berhubungan seks setelah menjalaninya".

"Saya tak tahu bagaimana mengatur pekerjaan saya sebagai konsultan manajemen. Saya sering sakit ketika saya mendambakan seks dan tak bisa ke kantor. Saya bahkan tidur dengan rekan saya".

"Saya diusir karena tidak membayar sewa ketika saya masih 29 tahun dan harus mengirim anak-anak saya untuk hidup dengan keluarga saya."

Ingin Obati Kecanduan


Ketika tinggal dengan temannya, Seyi melihat film dokumenter The Secret. "Saya tahu saya memiliki masalah tapi tak pernah berhenti berpikir tentang menjadi pecandu seks. Saya menyadari saya membutuhkan bantuan".

"Setelah berhenti dari pekerjaan untuk berkonsentrasi dengan pemulihannya, Seyi yang berusia 31 tahun pergi ke pertemuan kecanduan.

"Ada enam orang lain di sana, dan ketika saya mendengarkan cerita mereka, saraf saya sembuh. Saya tak langsung berhenti dari kecanduan seks, tapi menguranginya perlahan-lahan".

Sejak Agustus 2009, Seyi akhirnya mulai kapok dan tak mau lagi berhubungan seks. "Saya tidak berencana untuk melakukan hubungan seks dalam waktu dekat. Jika pria yang tepat datang dan saya merasa saya stabil, hubungan dengan cinta, saya merasa aman untuk melakukannya. Saya tinggal bersama lagi dengan anak saya dan merasa saya bukan lagi seorang pecandu seks".

(Mel/*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.