Sukses

Mahasiswa Indonesia Temukan Rompi Pijat Praktis

Para mahasiswa kreatif ini membuat rompi pijat praktis yang mengatasi pegal linu

Dengan memadukan ilmu teknik, sains dan kedokteran, para mahasiswa dari Program Diploma 3 Elektronika dan Instrumentasi dan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta ini membuat alat kesehatan portabel berupa rompi yang dirancang mengatasi pegal linu secara praktis.

Rompi pijat praktis berbahan parasit ini memiliki delapan unit pijat (trigger point) getaran mekanis. Masing-masing unit pijat dilengkapi enam titik infra merah untuk relaksasi otot punggung.

Untuk mengatur tingkat kecepatan getaran hingga 900 rpm bisa diatur lewat unit kontrol yang dipasang pada kantong depan rompi.

“Berat rompi sekitar 1 kilogram menggunakan baterai litium 9,7 volt.” kata  mahasiswa Teknik Mesin UGM angkatan 2010 Aris Prayitno, seperti dikutip dari ugm.ac.id, Selasa (11/6/2013).
 
Aris menceritakan, rompi pijat ini memadukan ilmu teknik, sains dan kedokteran untuk menghasilkan produk kesehatan portabel yang dirancang mengatasi pegal linu secara praktis. Selain nyaman, rompi pijat ini tidak memakan waktu lama dalam mengoperasikannya.  “Bisa dipakai hingga 20-30 menit,” kata Aris.
 
Menurut Aris, butuh 4 bulan untuk mengembangkan rompi pijat  ini. Saat awal proses pembuatan, ia sempat kesulitan mencari motor getar untuk dipasang di rompi. Beruntung ia punya ide menggunakan motor berbandul dari stick playstation bekas. Sedangkan unit pijat, ia  menggunakan keset pijat refleksi. “Sebelum jadi, saya sudah  empat kali gagal, trial and error,” ungkapnya.
 
Selain praktis dan bisa dibawa ke mana-mana, rompi yang dibuat dengan biaya Rp 2 juta ini diakuinya memiliki tingkat  keamanan yang baik. Pasalnya, rompi menggunakan arus DC dengan baterai 9,7 Volt. “Kita sudah konsutasi dengan dosen, tidak menimbul setrum,” ujarnya.
 
Selain Aris, desain rompi pijat ini juga melibatkan dua mahasiswa dari Fakultas Kedokteran, yakni Syifa Salma dan Hilma Tsurayya, dan satu orang mahasiswa prodi D3 Elektronika dan Instrumentasi, Sekolah Vokasi, Agus Budiman.
 
Syifa Salma menuturkan, penentuan titik lokasi pemasangan unit pijat tidak dilakukan sembarang namun berdasarkan hasil anatomi letak posisi saraf, otot dan pembuluh darah di daerah punggung,”Jadi pemilihan lokasinya dijadikan sebagai titik refleksi,” katanya.
 
Sedangkan keberadaan sinar infra merah menimbulkan rasa hangat sehingga bisa melenturkan jaringan kolagen kulit. Disamping memicu Hormon endorphin yang mampu mengurangi rasa nyeri. “Nyeri di punggung akibat akibat pengumpulan asam laktat, bila asam laktat terurai, rasa nyeri berkurang,” katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.