Sukses

Terapi Gen, Berpotensi Lindungi Manusia dari Segala Macam Flu

Beberapa peneliti di Amerika Serikat Rabu 29 Mei mengatakan mereka telah mengembangkan terapi gen baru yang setelah dicobakan pada hewan dapat memberi perlindungan luas terhadap virus flu.

Beberapa peneliti di Amerika Serikat Rabu 29 Mei mengatakan mereka telah mengembangkan terapi gen baru yang setelah dicobakan pada hewan dapat memberi perlindungan luas terhadap virus flu.

Jika terbukti bisa digunakan pada manusia, pendekatan tersebut dapat dimanfaatkan untuk membentengi manusia dari penyakit menular yang menyebar melalui populasi manusia di kawasan yang luas, atau melindungi orang yang berusia lanjut serta penduduk yang berisiko tinggi terhadap flu musiman.
     
Temuan itu, yang digambarkan di dalam satu studi di Jurnal Science Transnational Medicine, melibatkan penggunaan molekul kuat yang dikenal sebagai antibodi yang sangat menetralkan yang dapat melumpuhkan banyak virus dan mengemas virus menjadi vektor virus yang berkaitan dengan adeno (AAV). Vektor AAV digunakan secara luas untuk mengirim gen dalam terapi gen.
    
Para peneliti kemudian menyuntikkan vektor virus yang berisi antibodi ke dalam saluran nafas tikus yang terpajan pada banyak rangkaian mematikan virus H5N1 dan dua rangkaian H1N1.

Semua rangkaian tersebut berkaitan dengan pandemi bersejarah pada manusia, termasuk H1N1 1918, yang terkenal karena menewaskan sebanyak 40 juta orang.
    
Virus flu dengan cepat menggandakan diri pada hewan yang tak diobati dan semuanya perlu disuntik mati. Namun, pra-pengobatan dengan vektor AAV secara jelas menutup penggandaan virus dan memberi perlindungan total terhadap semua rangkaian flu pada hewan yang diobati.
    
Kemanjuran pendekatan itu juga diperlihatkan pada musang, yang memberi contoh yang lebih otentik mengenai penularan flu secara luas pada manusia, kata para peneliti tersebut.
    
"Barunya pendekatan ini ialah kami menggunakan AAV dan kami akan mengirim vaksin prophylactic pada hidung dengan cara non-invasif, bukan suntikan seperti vaksin konvensional yang secara pasif mengirim antibodi ke lingkaran umum," kata Maria Limberis, Asisten Profesor di University of Pennsylvania dan salah seorang penulis studi itu, di dalam satu pernyataan seperti dikutip dari Xinhua, Senin (3/6/2013).
    
Namun, sekalipun hasil penelitian tersebut menjanjikan, para peneliti itu menyatakan pekerjaan lebih lanjut diperlukan guna memastikan keamanan pendekatan itu pada manusia dan berapa lama memberi perlindungan sebelum penggunaan-kembali diperlukan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.