Sukses

Dari 43 Juta Anak yang Terpapar Rokok, 11,4 juta Usia 0-4 Tahun

Jumlah perokok aktif di Indonesia yang mencapai 61,4 juta orang, menimbulkan permasalahan tambahan yaitu 97 juta orang lainnya diperkirakan terpapar atau menjadi perokok pasif dengan 43 juta diantaranya merupakan anak-anak.

Jumlah perokok aktif di Indonesia yang mencapai 61,4 juta orang, menimbulkan permasalahan tambahan yaitu 97 juta orang lainnya diperkirakan terpapar atau menjadi perokok pasif dengan 43 juta diantaranya merupakan anak-anak.
    
"Dari 43 juta anak yang terpapar asap rokok, diantaranya ada 11,4 juta orang yang baru berusia 0-4 tahun," kata Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Tjandra Yoga Aditama kepada redaksi Liputan6.com lewat surat elektronik, Jumat (31/5/2013).
    
Sedangkan jumlah perokok aktif di Indonesia merupakan yang terbanyak ketiga di dunia setelah China dan India dengan prevalensi perokok sebesar 67,4 persen pada laki-laki dan 4,5 persen pada perempuan atau total sebanyak 61,4 juta perokok.
    
"Diperkirakan lebih dari 200.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit yang berhubungan dengan rokok," kata Tjandra.
    
Dalam rangka Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang diperingati tiap 31 Mei, Tjandra kembali mengingatkan mengenai fakta mengkhawatirkan berupa tren kenaikan anak usia 10-14 tahun yang merokok hingga enam kali lipat dari tahun 1995-2007.
      
"Jumlah perokok anak pada 1995 sebanyak 71.126 orang dan pada tahun 2007 naik menjadi 426.214 anak," ujar Tjandra.
    
Salah satu penyebab meningkatnya jumlah perokok anak disebut Tjandra adalah adanya iklan rokok yang mudah ditemui di mana-mana antara lain di koran, majalah dan bahkan terpampang besar-besaran di jalan-jalan utama Jakarta maupun kota-kota besar lainnya.
    
"Iklan rokok memiliki tampilan bagus yang sangat menarik. Pesan-pesan yang mereka sampaikan menekankan pada aspek rasa, sehingga lebih mudah menyentuh dan menggerakkan penonton. Iklan rokok menampilkan perokok sebagai orang yang keren, percaya diri, setia kawan, kreatif, dan berani. Semuanya klop dengan citra diri yang banyak diinginkan oleh remaja," papar Tjandra.
     
Sementara itu, Tjandra mengatakan berbagai penelitian ilmiah membuktikan adanya hubungan kausalitas (sebab-akibat) antara pemasaran rokok dengan meningkatnya konsumsi rokok.
    
"Pemasaran rokok tidak hanya meningkatkan konsumsi tetapi juga menyebabkan inisiasi merokok pada anak-anak. Iklan, promosi dan sponsor rokok membangun ’friendly familiarity’ terhadap produk-produk rokok," ujarnya.
    
Dampak rokok bagi kesehatan sangat fatal karena rokok mengandung lebih dari 4000 zat, 43 di antaranya bersifat karsinogenik (memicu sel kanker).
    
Rokok juga merupakan faktor risiko penyakit tidak menular yang mematikan seperti penyakit jantung koroner, kanker, dan stroke. Selain terhadap perokok, asap rokok juga berbahaya bagi orang di sekitar yang terpapar asap perokok. (Abd/*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.